Di tempat tersebut, lagi-lagi kami dibuat terkagum-kagum dengan keunikan arsitektur imperial Cina. Temple of Heaven dibangun pada era Dinasti Ming (1420) sebagai tempat ibadah raja-raja. Bangunan utamanya, The Hall of Prayer for Good Harvests, berbentuk melingkar dengan atap susun tiga. Uniknya, "kuil surga" ini dibuat seluruhnya dari kayu, tanpa satupun paku.
Kini, selain sebagai tempat wisata, Temple of Heaven digunakan warga untuk berkumpul menikmati keindahan taman sambil melakoni berbagai kegiatan seni.
Malam pertama di Beijing kami tutup dengan menyaksikan Beijing Acrobatic Show. Aneka atraksi yang membelalakkan mata ditampilkan. Mulai dari manusia plastik hingga pertunjukan "tong setan", yakni lima orang pengendara sepeda motor dengan kecepatan tinggi masuk dalam sebuah tong bulat yang besar.
Pagi kedua. Kami harus bangun jam 6 pagi menuju Summer Palace. Sisa-sisa pegal, ditambah angin dan hujan yang lebih mendinginkan udara, tak menyurutkan semangat para peserta. Alkisah, Summer Palace dibangun sebagai tempat peristirahatan raja di musim panas. Dari atas jembatan batu, kami menikmati pemandangan danau nan asri.
Syukurlah tak berselang lama matahari segera membawa hujan pergi. Kami pun melenggang ke tempat tujuan berikutnya: toko giok. Tentu saja, rombongan yang mayoritas ibu-ibu kegirangan. "It's shopping time!" seloroh mereka. Aneka perhiasan, suvenir, bantal hingga lukisan dari butiran giok pun siap dibawa pulang sebagai buah tangan.
Perjalanan kami lanjutkan menuju salah satu situs keajaiban dunia, The Great Wall. Dari kota kami berkendara melewati wilayah Pegunungan Emas, perbukitan dan ladang-ladang umbi para petani yang hanya dipanen setahun sekali. Setelah lebih dari 1 jam, kami pun sampai. Menyaksikan kokoh dan megahnya Tembok Raksasa sepanjang 8.850 Km, kami terpana!
Uji nyali berikutnya: menaiki Tembok Raksasa hingga ke puncak. Ada pepatah kuno, barang siapa mampu sampai ke puncak dia menjadi seorang pahlawan. Hmm...dengan embusan angin yang menusuk tulang dan ribuan anak tangga tergelar di depan mata, tentu saja ini tantangan tak gampang. Beberapa di antara kami terhenti di tengah jalan, tapi tak sedikit yang pulang dengan gelar pahlawan.
Dua hari di Beijing, kami melanjutkan perjalanan ke Shanghai. Ditempuh dengan penerbangan domestik, memakan waktu sekitar satu jam. Jika Beijing adalah kota pemerintahan dan budaya, Shanghai dikenal sebagai sentra perekonomian dan komunikasi. Lansekap kota metropolis tercermin lewat gedung-gedung pencakar langit dengan bentuk-bentuk menawan.
Salah satunya, Oriental Pearl Tower yang menjadi ikon Kota Shanghai. Tingginya 468 meter, terdiri dari ratusan lantai. Dari atas menara kami menikmati cantiknya Kota Shanghai. Bagi yang tak takut ketinggian, tersedia pula lantai yang sengaja dibuat transparan.
Selain Oriental Pearl Tower, kami mengunjungi The Bund. Dermaga yang terletak di tepi sungai Huang Pu ini menyuguhkan panorama fantastis dan dikelilingi 52 gedung bergaya Eropa. Sebelumnya, di sebuah sekolah masak, ibu-ibu juga sempat mengikuti kegiatan cooking class makanan khas Cina. Seru, lho!
Belanja, tentu tak kami lewatkan. Kawasan perbelanjaan utama yang berisi deretan mal ada di Nanjing Road. Sementara, di Chenghuamiao Market dan Qipu Road, berbagai barang, mulai dari pakaian, tas, sepatu hingga suvenir tersedia dengan harga yang cukup miring. Triknya, harus bisa menawar dengan "sadis" karena harga bisa berkurang hingga 80 persen.
Tak terasa, dua hari berlalu di Shanghai. Meski hanya singgah sebentar, kami membawa oleh-oleh kenangan manis yang tak terlupakan. Sampai jumpa di Tur Klub NOVA berikutnya!
Ratih Sukma Pertiwi
KOMENTAR