Awalnya Azri, SMAK,SE mengalami jatuh bangun saat memulai bisnis sepatu rumahan yang dinamainya Kotama. "Saat masih kuliah, saya sudah jualan sepatu door to door. Dulu, sepatu buatan Ajo Sukaramai yang paling top di Medan," ujar ayah lima anak yang sempat dua tahun melakoni pekerjaan itu.
Namun, kelihaian Azri menjual sepatu ternyata tak dibarengi dengan banyaknya stok yang ada. "Jadi selesai kuliah, saya beranikan diri memproduksi sepatu sendiri. Saya mengontrak ruko dua lantai di Jl Sutomo. Ruang bawah dipakai toko sepatu, ruang atasnya untuk memproduksi sepatu," papar Azri yang awalnya hanya punya 2 karyawan.
Layaknya usaha baru, produk Azri pun tak serta merta diterima denganbaik oleh konsumen. Namun, Azri tak putus asa. Untuk mengasah kemampuannya, Azri ikut pelatihan gratis dari Dinas Perindustrian. Ia juga tercatat sebagai Alumni Friendship Program (JICA) Pemuda Indonesia-Jepang. "Itu bentuk usaha saya agar produksi sepatu saya makin berkualitas," ujar pria asal Padang ini.
Azri juga memberanikan diri meminjam kredit ke bank sebesar Rp 78 juta. Saat itu, Azri sudah mulai menjalin kerja sama dengan koperasi di kantor-kantor di seluruh Medan. Berkat kerja sama ini, sepatu buatan Azri bisa dibeli dengan cara dicicil oleh pegawai. Atas idenya itu, Azri sempat meraih Penghargaan Pemuda Pelopor Tingkat Nasional yang diberikan oleh Presiden Soeharto.
Bersama sepatu-sepatunya, Azri juga pernah berpameran hingga ke Amerika. Di sana, banyak peserta pameran yang tak percaya sepatu Azri buatan Indonesia. "Apalagi merek Kotama mirip dengan Bahasa Jepang. Sepatu saya memang dibuat dengan kualitas ekspor. Dalam waktu dekat, saya juga akan go International," tukas Azri.
Selain memberi garansi tiga bulan, Azri juga melayani servis purna jual untuk produk sepatunya, meski umumnya sepatu Azri tahan hingga tiga tahun lebih. "Kami buat sepatu pakai mesin sesap kulit dan mesin press. Bahan baku sepatunya dari limbah kulit sapi yang terbuang."
Cukup satu minggu, jika ingin memesan sepatu pada Azri. "Harganya mulai Rp 150 ribu untuk sandal dan Rp 150 ribu hingga Rp 350 ribu untuk sepatu wanita dan pria. Itu harga di toko saya di Jl A R hakim. Tapi, jika sepatu sudah masuk butik dan dikirim ke luar kota, bisa mencapai Rp 500 ribu."
Sepatu Kotama sudah dikirim keluar kota seperti Aceh, Pekanbaru, Batam, Jawa, Kalimantan hingga Sulawesi. Penasaran? Kunjungi website Kotama di www.kotamashoes.com.
Di sudut Kota Bogor, tepatnya di daerah Ciomas, terdapat beberapa perajin sepatu usaha rumahan. Para perajin ini adalah langganan produsen sepatu merek-merek terkenal yang banyak dijual di departemen store terkemuka di nusantara.
Heriyanto (43), salah seorang perajin, sudah menggeluti dunia kerajinan sepatu sejak 1995. Ia merupakan perajin sepatu yang kerap mendapat order besar dari sejumlah desainer sepatu di Jakarta. Dalam seminggu, Heri bisa menyelesaikan hingga 3000 pasang sepatu wanita dibantu 60-an pegawainya.
Kendati hanya menerima order, Heri mengaku tetap terlibat dalam soal desain. Dirinya seringkali mengajukan model kepada pemesan. Untuk itu, Heri selalu meng-up date model sepatunya dengan melihat-lihat model sepatu yang sedang in. Mulai dari jalan ke mal, mengunjungi butik sepatu mahal, melihat katalog produk sepatu merek terkenal, iklan/artikel majalah, hingga membeli sepatu yang Heri anggap bagus untuk ditiru.
"Meskipun mahal, tetap akan saya beli untuk nembak (meniru) modelnya secara detail," ungkap Heri.
Setelah ide model sepatu didapat, Heri menyerahkan sepatu ke pembuat pola langganannya. Pola yang sudah didapat ini kemudian dikerjakan oleh para perajin di rumahnya. Biasanya, Heri tak langsung membuat sepatu dalam jumlah banyak. Ia membuat satu buah contoh dan diperlihatkan ke pemesan. Jika sudah dilakukan uji kelayakan dan cocok dengan model yang dibuat, barulah dikerjakan untuk order besarnya.
Untuk satu model sepatu, biasanya Heri mengerjakan minimal 10 pasang. Tes uji kenyamanan dan kekuatan produk ini, kata Heri, penting untuk menjaga kualitas. Untuk mengerjakan sepatu, lanjutnya, yang paling penting adalah menentukan kelom atau sol yang sesuai dengan pesanan. Setelah sol sesuai, baru dicari bahan yang sesuai.
Biasanya Heri mencari bahan sepatu di Jakarta yang banyak menjual bahan impor Cina. "Untuk bahan, yang paling banyak dipakai suede dan lak (patent, Red.)," aku Heri.
Selain bahan sandal atau sepatu buatan Cina, aksesorinya pun ikut menentukan. Jika si pemesan menginginkan model tertentu, umumnya akan mengirimkan model beserta aksesorinya. Kalaupun tidak, Heri bisa mengupayakan aksesori sepatu made in Cina. Menurut Heri, aksesori buatan Cina lebih variatif.
Aksesori ini lalu dijahit atau dilem sehingga menempel kuat pada sepatu. Jika jenis aksesorinya tak bisa dijahit, Heri menggunakan lem kualitas terbaik. Hasilnya, sepatu cantik dan tahan lama.
Laili Damayanti, Debbi Safinaz
KOMENTAR