Kendati hanya menerima order, Heri mengaku tetap terlibat dalam soal desain. Dirinya seringkali mengajukan model kepada pemesan. Untuk itu, Heri selalu meng-up date model sepatunya dengan melihat-lihat model sepatu yang sedang in. Mulai dari jalan ke mal, mengunjungi butik sepatu mahal, melihat katalog produk sepatu merek terkenal, iklan/artikel majalah, hingga membeli sepatu yang Heri anggap bagus untuk ditiru.
"Meskipun mahal, tetap akan saya beli untuk nembak (meniru) modelnya secara detail," ungkap Heri.
Setelah ide model sepatu didapat, Heri menyerahkan sepatu ke pembuat pola langganannya. Pola yang sudah didapat ini kemudian dikerjakan oleh para perajin di rumahnya. Biasanya, Heri tak langsung membuat sepatu dalam jumlah banyak. Ia membuat satu buah contoh dan diperlihatkan ke pemesan. Jika sudah dilakukan uji kelayakan dan cocok dengan model yang dibuat, barulah dikerjakan untuk order besarnya.
Untuk satu model sepatu, biasanya Heri mengerjakan minimal 10 pasang. Tes uji kenyamanan dan kekuatan produk ini, kata Heri, penting untuk menjaga kualitas. Untuk mengerjakan sepatu, lanjutnya, yang paling penting adalah menentukan kelom atau sol yang sesuai dengan pesanan. Setelah sol sesuai, baru dicari bahan yang sesuai.
Biasanya Heri mencari bahan sepatu di Jakarta yang banyak menjual bahan impor Cina. "Untuk bahan, yang paling banyak dipakai suede dan lak (patent, Red.)," aku Heri.
Selain bahan sandal atau sepatu buatan Cina, aksesorinya pun ikut menentukan. Jika si pemesan menginginkan model tertentu, umumnya akan mengirimkan model beserta aksesorinya. Kalaupun tidak, Heri bisa mengupayakan aksesori sepatu made in Cina. Menurut Heri, aksesori buatan Cina lebih variatif.
Aksesori ini lalu dijahit atau dilem sehingga menempel kuat pada sepatu. Jika jenis aksesorinya tak bisa dijahit, Heri menggunakan lem kualitas terbaik. Hasilnya, sepatu cantik dan tahan lama.
Laili Damayanti, Debbi Safinaz
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR