"Semuanya sudah saya pasrahkan kepada Tuhan. Saya tidak mau membahas lagi tentang apa yang terjadi pada anak saya. Yang penting, dia enteng mlakune padang jalane (ringan jalannya dan lapang jalannya ke surga, Red.)," begitulah tutur Endang Ningsih, ibunda Natalia Amanda Dewi Setiawan (16) atau akrab dipanggil Amanda.
Putri tunggal pasangan Endang dan Jimmy ini sangat membanggakan orangtuanya. "Kemarin dia baru ikut konser PMC. Dia memang pandai main piano dan sedikit menguasai biola. Ini fotonya waktu ikut acara itu," tutur Endang sambil memperlihatkan foto Amanda di ponselnya. Apa mau dikata, kebanggaan dan kecintaan orangtuanya direnggut paksa oleh perampok bersepeda motor. BlackBerry milik Amanda dirampas dan karena melawan, gadis yang jago aikido ini dilukai. Lambungnya ditusuk hingga akhirnya tewas.
Endang yang berusaha tegar, beberapa kali terlihat terpekur. Saat ada telepon masuk menyampaikan duka cita, airmatanya mengalir. Ia begitu kehilangan buah hatinya. Di hari nahas itu, Amanda pulang sekolah agak telat karena paginya terlambat datang. Jadi, ada sedikit konseling yang dilakukan sekolah. Dalam perjalanan menjemput Amanda, Endang sempat melintas di sekitar sekolah dan melihat kerumunan orang di tempat kejadian. "Tapi dipikirnya ada keributan antar sopir saja, bukan terjadi sesuatu yang lain," cerita sahabat Endang, Susan. Endang sama sekali tak menyadari, saat itu putri tercintanya lah yang sedang dikerumuni orang-orang karena ditemukan tergeletak.
Karena tak menemukan Amanda di sekolah, Endang menanyakan di mana dan bagaimana kondisi putrinya. Saat itulah datang kabar tak menyenangkan. Ternyata kabar buruk yang diterima. Amanda sudah dibawa ke sebuah rumah sakit di daerah Kebun Jeruk dalam kondisi meninggal. "Yang terjadi sebenarnya bukan sopir sekolah yang mencari Amanda, namun saat melintasi jalan itu, sopir melihat ada perempuan tergeletak. Ternyata itu Amanda," kata Susan mengklarifikasi berita yang dimuat di koran-koran.
Dan sopir itu pun bukan sopir pribadi Endang ataupun Jimmy. "Mereka tidak pernah punya sopir pribadi sama sekali. Dari TK sampai SMA, Endang yang menjemput Amanda atau bergantian dengan ayahnya. Tidak benar jika ada berita-berita miring tentang sopir pribadi," tandas Susan yang menduga Amanda memilih jalan terlebih dulu agar mamanya lebih gampang menjemput di tempat yang tidak macet. Sebelumnya, banyak diberitakan kematian Amanda adalah akibat dendam mantan sopir pribadi Endang yang kecewa karena dimarah-marahi oleh Jimmy.
Kepedihan Endang dan Jimmy semakin menggumpal karena Rabu (30/3), sehari setelah ia menemui ajalnya, Amanda berulangtahun ke-16. Meski dalam suasana duka, teman-teman sekolahnya yang datang ke Rumah Duka Dharmais tempat jenazah Amanda disemayamkan, menyanyikan lagu ulangtahun dan memotong tumpeng. "Suasananya ramai sekali. Mereka semua berduka dan kehilangan Amanda," kata Susan yang mengenal Amanda sebagai anak tomboi, ramah, supel. "Dia juga belajar wushu dan sekarang aikido."
Kepada Susan, Endang mengaku memilih bersikap pasrah. "Kehidupan harus terus berlanjut. Endang dan Jimmy sudah mengikhlaskan kepergian Amanda. Kalau dibilang sedih, ya, pasti sedih. Apalagi, tiap kali ada pelayat yang datang, harus mengulang kembali cerita yang sama. Kalau yang datang menangis, pasti Endang juga sedih dan menangis."
Meski pada Susan ibunda Amanda mengaku "puas" merawat putrinya selama 16 tahun, "Tapi saya yakin, hatinya pasti hancur saat mengatakan itu. Untung dia tegar dan tidak depresi. Sebenarnya dia malah takut pulang ke rumah karena hanya mengingatkan pada kenangan Amanda. Dia mau lihat dulu apakah akan terus tinggal di rumah lama atau pindah."
Endang, tutur Susan, juga tidak mau menaruh dendam kepada sang perampok. "Kasihan nanti jalannya Amanda ke atas akan berat. Bahkan jika perampoknya ditangkap, Endang bilang tidak akan mau melihat wajahnya. Toh, kalaupun perampoknya dihukum berat, tidak akan mengembalikan nyawa Amanda. Endang bilang, kelak mereka akan berkumpul kembali karena sudah membelikan 'rumah' buat mereka berkumpul," tutur Susan.
KOMENTAR