Usaha Siti Retnanik tak hanya menguntungkan dirinya sendiri. Lebih dari itu, ia juga bisa memberi manfaat bagi orang lain. Usaha yang dijalankan di dalam rumahnya ini telah "menyeret" para ibu dan remaja putri di sekitarnya untuk ikut terlibat berkarya.
Sejumlah wanita yang ditemui di rumahnya, di kawasan Bratang Wetan, tengah asyik menempelkan daun demi daun kupu-kupu dengan lem ke permukaan kotak kubus. Dalam waktu singkat, kotak karton yang semula biasa saja, berubah menjadi lebih menarik dilihat. "Beginilah kegiatan saya sehari-hari. Daripada hanya nonton sinetron yang tidak ada manfaatnya, kan, lebih baik mengerjakan sesuatu yang menghasilkan," kata Endang Arumi (39) yang sudah tiga tahun menjadi perajin borongan di Kriya Daun.
Menurut ibu dua anak ini, meski tak terlalu banyak yang bisa ia kerjakan, tetapi upah yang ia terima lebih dari cukup. Rata-rata sebulan mencapai Rp 300-350 ribu. Upah itu, bisa untuk tambahan uang saku anaknya ke sekolah. "Pekerjaan ini saya lakukan hanya pagi hari saja, seusai memasak. Soalnya, sore hari saya jualan gorengan di pinggir jalan," imbuh Endang yang suaminya belum memiliki pekerjaan tetap.
Namun, untuk mengerjakan aneka kerajinan, Sri lebih sering melakukannya di malam hari. Selain lebih tenang, siang hari Sri lebih banyak menghabiskan waktu dengan mengasuh cucunya. "Kalau pas ngemong cucu, susah mengerjakannya. Soalnya nanti diganggu terus," katanya berasalan.
Berbeda dengan teman-teman lainnya, Sri hanya mengerjakan sebisanya saja dan dalam sebulan ia bisa mendapat upah sekitar Rp 250 ribu.
Di antara perajin Kriya Daun, Putri Nena (22) tergolong yang mendapatkan upah cukup besar. Nena yang dalam waktu dekat akan menikah itu, dalam sebulan bisa mendapatkan Rp 500 ribu. "Lumayan, saya sudah bisa memenuhi kebutuhan pribadi dan tidak bergantung sama orang tua lagi," ujar tamatan SMA itu.
Penghasilan itu tentu amat mencukupi dibandingkan bila ia hanya jadi pelayan toko. Dulu, setamat SMU, Nena sempat menjadi penjaga toko di Mal Royal Plaza
Sementara menjadi perajin borongan Kriya Daun, Nena mengaku nyaman dan betah. Ia bisa menentukan waktu kerjanya sendiri, bahkan bisa dikerjakan di rumah. "Daripada kluyuran enggak jelas, lebih enak mengerjakan kerajinan seperti ini. Kalau capek, kan, bisa istirahat dulu. Kalau sedang pengin jalan-jalan, ya, sesekali saya juga masih bisa ke mal," ujarnya sambil tertawa.
Gandhi Wasono M
KOMENTAR