Obat herbal, kini mulai jadi pilihan masyarakat. Memang masih kalah populer ketimbang pengobatan modern, tapi kepercayaan masyarakat terhadap khasiat herbal sudah semakin baik. Terbukti saat ini, obat herbal sudah dijadikan sebagai salah satu alternatif pengobatan umum.
Di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, misalnya, sudah dibuka Poli Obat Tradisonal Indonesia (OTI). "Saya berharap ke depannya, obat tradisional menjadi bagian penting dalam teknik pengobatan di Indonesia," kata Prof. DR. Sutarjadi, guru besar Fakultas Farmasi Universitas Surabaya (Ubaya) Surabaya.
Menurut Sutarjadi, jika ingin menggali dengan serius, kehebatan obat tradisional Indonesia sesungguhnya tak perlu diragukan lagi. Dulu, sebelum kedokteran modern menjamah masyarakat kelas bawah, obat-obatan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan menjadi andalan.
Masyarakat kelas menengah ke bawah menjadikan tumbuhan yang ada di sekitar rumah atau yang hidup di alam bebas menjadi salah satu sarana penyembuh sakit.
Bahkan di masa penjajahan, Belanda secara diam-diam mencatat manfaat tumbuh-tumbuhan dan buahan-buahan yang ada di Indonesia untuk ramuan obat. Tak percaya? Seorang ibu rumah tangga warga Belanda bernama Kloppen Borg pernah membuat buku berisi ribuan resep obat herbal dalam bahasa Belanda untuk mengobati berbagai penyakit. Dalam buku yang dicetak pertama kali pada 1907 itu, tertulis nama tumbuh-tumbuhan, manfaat, sekaligus cara meramunya hingga menjadi jamu.
Borg mengetahui manfaat berbagai tumbuhan itu lewat pengamatan lapangan dan pendataan dari warga ketika berada di Indonesia. Dalam bukunya, Borg juga mengungkapkan kekagumannya akan fisik orang Indonesia yang tangguh, meski hidup dalam keterbatasan dan asupan gizi yang tak memadai.
"Buku itulah yang kemudian dicetak sebagai panduan dalam teknik pengobatan herbal sampai saat ini," papar Sutarjadi yang pernah menutut ilmu di Belanda.
Di tingkat internasional, selama ini Brazil diklaim sebagai negara nomor 1 di dunia yang memiliki ragam tumbuhan terbanyak, melebihi Indonesia. Padahal, menurut Sutarjadi, Indonesia bisa jadi peringkat 1 jika masyarakatnya serius menggali potensi tumbuhan lokal.
Wilayah lautan Indonesia yang sangat luas, imbuh Sutarjadi, termasuk wilayah yang kurang terjamah. "Rumput laut bisa dijadikan bahan obat. Saya yakin, jenis tanaman lain yang tumbuh di dasar laut juga bermanfaat bagi kehidupan," tukas pria yang sejak 1964 sudah terlibat dalam seminar penggalian sumber alam Indonesia untuk farmasi di Yogyakarta.
KOMENTAR