Sejak tahun 2000, Lia dibantu kerabat membuat desain kemasan dan brosur. Di tahun yang sama, produknya sudah mendapat "gelar" produk unggulan dari Departemen Pertanian. Setelah sukses dengan jahe instan, Lia memperluas produksi dengan menggunakan bahan baku lainnya. Antara lain memproduksi jahe macho, jahe merah, bir pletok, temulawak, kencur, kunyit asam, semua dalam bentuk minuman instan. "Prosesnya sama, hanya bahan bakunya yang beda."
Jahe instan kemasan 250 gram, ia jual Rp 20 ribu, sementara jahe dalam bentuk sachet seharga Rp 2.000. Dalam sebulan, Lia mengaku bisa meraup keuntungan hingga Rp 20 juta. "Paling laku di daerah Jawa Barat, mungkin karena cuacanya dingin."
Minuman instan produksi Lia memiliki manfaat bila dikonsumsi secara rutin. "Bisa meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah asam urat, menghilangkan sakit kepala dan demam, dan banyak lagi."
Sayangnya, karena menggunakan bahan baku gula, Lia mengingatkan, tak bisa dikonsumsi oleh penderita diabetes. Meski begitu, Lia mengaku sedang mencari teknologi yang memungkinkannya membuat minuman instan tanpa menggunakan gula. "Mesinnya mahal sekali," aku Lia.
Laili Damayanti, Sita Dewi / bersambung
KOMENTAR