"Bukan merekomendasikan priority banking tersebut, tapi kita cari tahu ada apa saja di sana dan berdiskusi. Saya justru lebih senang jika klien memilih obligasi yang return-nya lebih tinggi dibandingkan deposito dan dapat kupon setiap bulan," tuturnya kepada tabloidnova.com.
Wina dan klien lalu berdiskusi bersama manajer investasi (MI) mengenai kebutuhan Si Klien untuk dikelola uangnya supaya bisa dibelikan obligasi. MI tersebut, lanjut Wina, mengajak mereka bertemu. Tapi, ternyata MI tersebut hanya menangani klien dengan penghasilan di atas Rp25 miliar, misalnya. MI tersebut lalu menyarankan agar ia bertemu dengan manajer investasi di priority banking lain yang masih satu induk karena klien Wina tidak bisa ditangani di bank tersebut .
"Jadi, kami pergi ke priority banking tersebut dan saya kenalkan. Saya bilang kepada relationship manager, 'Saya sudah bertemu Mas A di perusahaan sekuritas B, tolong dicarikan obligasi yang cocok untuk klien ini, karena saya tidak mempunyai expertise untuk memilih obligasi. Tugas saya sebagai perencana keuangan hanya menghitung," urai Wina.
Yetta / Tabloidnova.com
KOMENTAR