Meski sempat berpindah-pindah lokasi berjualan, sayur asem Mpo Encop (54) tetap diburu penggemar sayur khas Betawi ini. Wanita bernama asli Sopiah ini mulai membuka warung nasi sederhana di tahun 1986 di kawasan Lapangan Bola, Kebon Jeruk, Jakarta.
Tak lama, ia pindah tak jauh dari tempat semula. "Saya pindah ke pinggir jalan, tapi bolak-balik diangkat kamtib. Jadi saya harus bergeser tempat lagi," kisahnya. Selama tiga tahun terakhir, ia menggelar warungnya di Gg. Musholla II, Jalan Lapangan Bola, Kebon Jeruk.
Kendati lokasi warungnya kerap berpindah-pindah, namun tak membuat penjualannya lantas menurun. "Pindahnya enggak terlalu jauh, kok. Pelanggan juga gampang ketemu tempat baru saya. Memang pelanggan saya kebanyakan karyawan yang berkantor di sekitar Kebon Jeruk."
Kenikmatan sayur asem buatan Mpo Encop sudah lama dikenal orang. Padahal, awalnya ia hanya coba-coba membuat menu sayur asem sebagai pelengkap. "Mulai bikin di tahun 80-an, awalnya cuma sedikit. Tapi ternyata pelanggan saya suka, malah diminta bikin lebih banyak. Akhirnya sampai sekarang orang datang ke warung saya malah cari sayur asem," tutur ibu empat anak itu sambil tersenyum.
Sayur asem khas Betawi bikinannya sederhana saja. Tak berbeda dengan kebanyakan sayur asem lainnya. Ia menggunakan kacang panjang, kacang tanah, terung, nangka muda, melinjo, jagung, dan labu siam. Bumbu yang ia gunakan antara lain cabai merah, bawang merah, bawang putih, lengkuas, daun salam, dan asam.
Walaupun tampak serupa dengan kebanyakan sayur asem lain, tapi Mpo Encop mengaku, hanya dia yang tahu takaran bumbu yang pas. "Pernah suatu hari asisten saya yang masak, rasanya jadi beda. Mungkin beda tangan, beda hasilnya, ya, ha ha ha..."
Makanya, Mpo Encop harus pintar-pintar membagi waktu belanja, masak, hingga berjualan. Sejak pukul 6 pagi ia sudah belanja ke pasar. Sekitar jam 8 ia mulai memasak hingga siap sekitar pukul 11 siang. "Jam 12 orang mulai berdatangan untuk makan siang. Biasanya penuh, sampai banyak yang enggak kebagian tempat. Jam 1 siang sayur asem saya sudah habis," papar Mpo Encop yang hanya memasak satu panci besar sayur asem setiap harinya.
Dari satu panci dengan harga sayur asem Rp 3.000 per mangkuk saja, ia mengaku bisa meraup omset Rp 600 ribu dalam sehari. Lalu, kenapa tak menambah jumlah sayur asem? "Ah, satu panci saja cukup. Kalau lebih banyak, takut enggak cukup waktu memasaknya. Maklum, saya, kan, masak sendiri," terangnya memberi alasan.
Selain sayur asem, ia juga menyediakan lauk pauk pelengkap seperti ayam goreng dan berbagai gorengan. Selain berdagang sayur asem di warungnya dari Senin hingga Jumat, Mpo Encop juga melayani pesanan dalam jumlah banyak untuk hajatan. Harga yang ia patok Rp 11 ribu per orang. "Biasanya saya terima pesanan hajatan dua bulan sekali, supaya enggak kecapekan. Kalau pesanan nasi boks, dalam seminggu kadang bisa dua kali."
Menanggapi kenaikan harga cabai, Mpo Encop pun tenang saja. "Paling saya naikin Rp 500 tiap porsi makannya. Mau naikin banyak, enggak tega. Kasihan, nanti orang malah kaget kalau mau makan di sini," ujarnya sambil tersenyum.
KOMENTAR