Terselamatkan Seutas Kabel
Di tengah kepanikan, Kardiman yang baru saja keluar dari pintu rumahnya menoleh ke sebelah kiri. "Saya lihat sesosok tubuh mungil yang sangat saya kenali terseret arus. Dia cucu saya, Nabila Candy Nuraini (3). Secepatnya Candy saya tangkap dan didekatkan ke tubuh saya. Tangan kanan saya pegangan ke pintu rumah. Tapi dorongan arusnya sangat kuat, sampai saya enggak bisa gerak. Untuk menahan tubuh biar tidak jatuh saja susah. Soalnya, yang mendorong saya bukan air, tapi pasir yang sudah setinggi pinggang," kenang Kardiman saat ditemui di tenpat pengungsian Lapangan Jumoyo, Kamis (6/1) siang.
Beruntung, Kardiman melihat seutas kabel listrik yang sudah padam alirannya. Cekatan, ia raih kabel itu sebagai alat berpegangan hingga mampu menarik tubuh rentanya ke dataran yang lebih tinggi. Sekitar satu jam ia bertahan di sana. "Saya taruh cucu saya di bahu. Untungnya, dia enggak nangis, jadi tidak bikin saya panik."
Saat dirinya meniti ke tempat yang tak terkena aliran lahar dingin, "Batu-batu berukuran kecil dan besar bergulingan di samping kiri dan kanan saya. Beruntung tak ada yang kena tubuh saya. Begitu tiba di atas, saya baru teriak minta tolong dan terdengar oleh relawan. Kami lalu dibawa kami ke tempat aman," ungkap Kardiman yang bersyukur dirinya dan sang cucu selamat dari maut.
Banjir besar juga merendam ratusan rumah di Medan, Sumatra Utara. Pasalnya, Kamis (6/1) lalu Sungai Deli tiba-tiba meluap bersamaan dengan turunnya hujan yang amat deras. Menurut Jumiyah yang tinggal di bantaran Sungai Deli, ini banjir terbesar sejak 2002. Ia pun harus kehilangan rumah dan harta bendanya. Tak cuma Jumiyah, ratusan keluarga lainnya pun tak sempat lagi menyelamatkan harta-bendanya. Padahal, firasat akan datangnya banjir sudah dirasakan seorang tetangga Jumiyah, Retno.
"Pada malam kejadian, usai salat Isya, Retno mengaku mencium bau bangkai. Aromanya menyegat sekali. Tapi, dicari-cari ke sana kemari bangkainya tak ketemu. Eh, ternyata tak lama banjir datang," ujar Jumiyah.
Biasanya, lanjut Jumiyah, tiap kali hujan deras turun, warga di bantaran Sungai Deli, akan mengeluarkan harta-bendanya dan mengungsi. Namun malam itu, hujan hanya rintik-rintik, lalu tiba-tiba berubah deras. Dan pada pukul 24.00 listrik mati di kawasan Jl Multatuli, Lingkungan 4, Kelurahan Hamdan, dimana Sungai Deli berada.
"Saya lihat warga satu persatu mulai mengangkuti barangnya ke tempat yang lebih tinggi. Tapi hingga azan Subuh air, kok, makin naik dan mulai menengelamkan rumah. Kami kaget luar biasa. Saya yang punya anak lumpuh langsung teriak minta tolong," ujar Jumiyah yang bersyukur anaknya, Iwansyah (11), berhasil dievakuasi dan selamat.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Surono, mengatakan, aliran lahar dingin adalah sesuatu yang normal. Sejak Gunung Merapi meletus, jumlah material yang dikeluarkannya mencapai sekitar 150 juta meter kubik.
"Jadi, itu sesuatu yang normal. Bila kemudian turun hujan, material itu mengalir jadi lahar dingin. Tak ada yang bisa meramalkan kapan aliran lahar dingin ini akan berhenti," terangnya saat dihubungi, Jumat (7/1).
Aliran lahar dingin, lanjutnya, seharusnya sudah sejak awal diantisipasi sehingga tak menimbulkan bencana lanjutan. Beberapa waktu lalu, Surono pun sudah mewanti-wanti agar warga di kawasan bantaran sungai, terutama Kali Gendol, Kali Boyong, Kali Putih dan Kali Kuning sudah harus waspada dan meninggalkan rumah mereka.
"Merapi tidak akan pernah ingkar janji dan tak pernah meminta apa yang sudah diberi. Apa yang terjadi saat ini, bukankah itu rezeki? Nantinya, mereka enggak perlu ambil jauh-jauh material itu, tinggal tunggu saja. Kalau dijual, hasilnya juga lumayan, kok," imbuhnya.
Edwin, Debbi
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR