Ditemui Jumat (24/12) di Rutan Bangil, Pasuruan, Imr terkesan gugup ketika berkisah tentang mendiang calon istrinya. "Saya masih sering teringat sama dia (Devi, Red.)," kata pemuda berusia 20 tahun itu. Ia juga mengaku tak mengerti, mengapa tiba-tiba terbersit keinginannya untuk membunuh Devi yang sudah dipacarinya selama dua tahun. "Saya yang mengucapkan cinta duluan. Habis, anaknya cantik, pintar, dan sangat baik," kata anak pertama dari dua bersaudara itu.
Setelah setahun berpacaran, ia mengaku tak dapat menahan nafsunya sehingga mereka melakukan hubungan layaknya suami-istri. "Saya terkejut setelah dia mengaku hamil. Tapi, bagaimana lagi, kami sama-sama cinta, kok," aku Imr yang akhirnya mau bertanggung jawab menikahi Devi.
Hingga empat hari menjelang perkawinan, ketika tengah mengirim undangan pernikahan, Devi menghubunginya lewat telepon dan mengajaknya bertemu karena kangen. "Awalnya saya menolak, soalnya kami sedang dipingit, belum boleh bertemu sebelum hari perkawinan. Tapi karena dia memaksa, saya temui di depan gang rumahnya. Malam itu, dia mengajak ke alun-alun dan minta makan nasi goreng," kisah pria berkulit gelap ini.
Malam bertambah larut ketika Devi mengajak Imr pulang. Namun, Imr justru membelokkan laju sepeda motornya ke sebuah rumah kosong di tepi jalan raya Beji. "Di sana kami melakukan hubungan badan. Tapi entah kenapa, setelah itu timbul kebencian saya padanya dan ingin menghabisi nyawanya."
Yang kemudian terjadi, Imr mencekik Devi dan memukul wajah perempuan itu. "Dia sempat melawan, tapi karena badannya kecil, akhirnya dia kalah," papar Imr yang kemudian meninggalkan Devi yang sudah tak bernyawa begitu saja.
Uniknya, di hari seusai Devi dimakamkan, ratusan tamu yang telanjur diundang, tetap hadir ke rumah orang tua Devi, sesuai tanggal yang tertera di kartu undangan. "Malam itu para tamu diberitahu ada syukuran biasa. Saya lalu diberi doa keselamatan, sedangkan arwah Devi didoakan agar diterima di sisi Allah," terang Imr yang tidak mengaku berselingkuh dari Devi.
Gandhi Wasono M.
KOMENTAR