Taoge Goreng Taoco
Makanan khas Bogor ini terdiri dari taoge rebus, mi, tahu, daun bakung, kentang, tomat, lontong, dilengkapi siraman bumbu taoco. Taoge goreng ini banyak dijual di kawasan Jl. Suryakencana, Gang Aut, Gang Besi milik Bu Evon, atau Kantin Dewi Sri di Sukasari, dan Jalan Raya Pajajaran, milik Bu Laksmi.
Bahkan, Taoge Goreng Dewi Sri sudah ada sejak 20 tahun lebih yang lalu. Bedanya setiap taoge goreng yang ada, terletak pada bumbunya. Penjual taoge goreng pada umumnya menggunakan bumbu oncom. Sementara Toge Goreng Dewi Sri menggunakan taoco. "Rasaya lebih mantap dan enak. Resep ini tidak pernah berubah sejak puluhan tahun lalu, meski zaman sudah berubah," jelas Ina, seorang karyawan Kantin Dewi Sri.
Jika pedagang lain berjualan di pinggir jalan memakai pikulan dan hanya menyediakan bangku-bangku, di Kantin Dewi Sri pembeli bisa duduk nyaman di ruang ber-AC. Kini, Dewi Sri juga sudah membuka bisnis yang sama di rest area jalan tol Bogor-Jakarta. Sabtu dan Minggu pembeli kerap membludak. "Harga per porsinya Rp 13 ribu, memang lebih mahal dari harga kaki lima," imbuh Ina sambil menambahkan, mi yang dipakai Dewi Sri adalah mi pilihan.
Di tangan warga Medan, tahu putih diolah menjadi makanan tradisional bernama Tahu Goreng. Namun, ini bukan tahu yang hanya digoreng begitu saja. Melainkan tahu goreng yang disantap dengan bumbu kacang atau bumbu kecap. Pelengkapnya mirip bahan gado-gado. Yakni, selada, kol/kubis, daun sup, timun, kacang tanah dan bawang goreng. Kemudian disiram bumbu yang telah dihaluskan, yakni bawang putih, bawang merah, cabe rawit, asam jawa, gula merah, kecap dan kencur. Ditaburi kerupuk dan bawang goreng, jadilah beraneka rasanya, manis, gurih, asam, manis, dan pedas.
"Itulah ciri khas rasa Tahu Goreng Medan," tutur Lely Masita (48), salah satu penjualnya.
Lely mewarisi usaha dagang ibunya, Darsima, yang berjualan Tahu Goreng sejak 1958 di Kampung Keling, persis di depan Kuil Shri, terletak di jantung Kota Medan. Ia membuka warungnya sejak jam 16.00 hingga 24.00. Di lokasi yang sama juga dipenuhi penjual Tahu Goreng, tetapi di siang hari.
Tahu Goreng memang menjadi salah satu menu jajanan yang banyak disukai warga Medan, para pendatang serta turis lokal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya orang yang berkunjung ke Kampung Keling. Tak terkecuali Warung Lely yang juga dibanjiri pelanggan mulai dari mahasiswa, karyawan kantor, dan ibu rumah tangga. Lely menjual seporsi Tahu Goreng mulai dari Rp 8.000. Sementara Tahu Goreng Special yang ditambahkan bakwan atau kerang, harganya Rp 9.000.
Tahu Tek adalah makanan tradisional Surabaya dan sekitarnya. Di berbagai sudut Kota Surabaya hingga Sidoarjo, makanan tradisional ini mudah dijumpai. Isinya terdiri dari potongan lontong, tahu goreng, kentang goreng, taoge, kemudian disiram bumbu berbahan baku petis bercampur kacang goreng yang sudah dihaluskan, dan dibumbui bawang putih serta cabai. Mirip bumbu Rujak Cingur. Sebagai tahap akhir, atasnya ditaburi bawang goreng dan krupuk udang.
Seiring perkembangan zaman, isi Tahu Tek pun kemudian semakin bervariasi. Yakni ditambah telur dadar. Yang unik, cara memotong lontong dan tahunya tak mengunakan pisau, melainkan gunting. Sehingga akan terdengar bunyi, tek...tek..tek. Masyarakat Surabaya kemudian menamainya Tahu Tek.
Salah satu penjual Tahu Tek yang cukup laris terdapat di kawasan Sekardangan, Sidoarjo. Warung milik Sodik ini sederhana saja. Buka mulai jam 16.00 hingga tengah malam, warung ini tak pernah sepi pembeli. Seringkali calon pembeli kesulitan mendapatkan tempat duduk. "Pembeli disini tidak hanya dari Sidoarjo saja, tapi juga dari Surabaya, Mojokerto, Krian," jelas Sodik yang merintis dagangannya sejak 1976 dengan cara mendorong gerobaknya berkeliling kota.
Lelah berkeliling, ia berjualan permanen di Sekardangan yang ditempatinya hingga sekarang. "Cukup lama saya belajar bagaimana cara membuat petis dengan takaran yang pas supaya menghasilkan rasa yang istimewa," ujarnya.
Kini, per hari Sodik bisa menjual lebih dari 300 porsi Tahu Tek. Harga per porsi Tahu Tek Sodik Rp 8.000 pakai telur, dan Rp 7.000 tanpa telur. "Hasilnya, bisa menghidupi keluarga dengan layak," ungkap Sodik lagi.
Nove, Debbi , Gandhi / bersambung
KOMENTAR