KAUS DAUR ULANG
Prestasi Tim Sepakbola Indonesia ternyata ikut mendongkrak penjualan kaus timnas keluaran Nike, produsen aneka perlengkapan olahraga asal Amerika. Menjelang putaran final Piala AFF 2010, kaus berlambang Garuda yang dijual seharga Rp 599 ribu ini pun terjual habis pada Jumat (17/12).
Pada 14 November silam, Nike sudah memproduksi kostum timnas Indonesia yang ramah lingkungan untuk dikenakan seluruh pemain timnas saat berlaga di Piala AFF-Suzuki 2010. Di setiap kaus berbahan poliester itu merupakan hasil daur ulang 8 botol plastik.
Untuk membuat kostum timnas 2010, pemasok kain untuk Nike mengumpulkan 5 juta ton botol plastik bekas dari berbagai tempat dan dilelehkan untuk menghasilkan benang baru yang dianyam jadi bahan kaus. Proses ini menghemat bahan dasar dan konsumsi energi hingga 30 persen.
Menurut Dyah Oetari, Country Manager Nike Indonesia, Nike sudah menjalin kerjasama dengan timnas sejak 2006. "Sepak bola adalah olahraga yang digandrungi, dan dimainkan banyak orang Indonesia. Menjalin kerja sama dengan timnas jadi prioritas. Untuk kaus timnas, sudah tersebar di 21 gerai Nike di seluruh Indonesia. Kami buat dua varian warna."
Namun, hingga saat ini Dyah masih enggan mengungkap berapa banyak kaus timnas Nike yang habis terjual. Lalu, apa bedanya kaus Nike yang dipakai timnas dan yang dijual untuk umum? "Untuk pemain timnas adalah authentic jersey, dan untuk umum replica jersey."
Demam kaus timnas membuat pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta meraup untung berlipat. Pemilik Toko Putri Bintang Tiga di Blok A Lt. 1, Wan Nasrizal, mengaku girang karena kaus timnas merah berlambang garuda miliknya sudah laku 100 lusin.
Itu belum termasuk jaket timnas yang juga laris manis. "Sudah 10 hari ini saya kewalahan. Barang baru datang, langsung ludes. Antar pembeli sering rebutan, saya sampai minta Satpam untuk berjaga biar tidak terjadi keributan," tutur Wan yang menjual per lusin kaus Rp 540-900 ribu. Beda harganya terletak pada mutu kaus. Yang bahannya halus, tentu lebih mahal.
Pesanan dari toko lain pun kerap berdatangan. Namun, kadang Wan tak mampu melayani karena harus menunggu barang dari pabrik. "Hebohnya melebihi demam Piala Dunia, deh," tutur Wan sambil geleng-geleng kepala.
Pedagang kaus timnas ukuran anak di Blok F Tanah Abang, Ramaini (48), tak kalah girang. "Gara-gara timnas unggul terus, jualan saya laris manis. Nomor punggung Irfan Bachdim 17, dan Gonzales 9 paling laris. Syal dan topi juga laku 100 buah," terang Ramaini yang berhasil meraup laba Rp 7-8 juta per hari. "Lumayan, bisa buat bangun rumah yang sudah hancur," katanya yang menjual kaus timnas anak Rp 300-450 ribu per lusin.
Laris manisnya kaus timnas juga diantisipasi Sardi (42), pemiliki toko olahraga di Pasar Palmerah, Jakarta. Sebagai pedagang berpengalaman, ia hafal tabiat pasar. "Kalau musim sepakbola dan ada tim yang menang terus, kaosnya pasti diburu. Makanya, waktu Indonesia menang lawan Malaysia di AFF, saya langsung nyetok kaus timnas," ujarnya.
Prediksinya tak meleset. Kaus timnas terbukti laku keras. Persaingan antar pedagang untuk mendapatkan kaus pun cukup ketat. "Meski sudah setor uang, masih sering tak kebagian," keluh Sardi. Meski barang jadi langka, Sardi mengaku tak melambungkan harga jualnya. "Kaos timnas ukuran anak saya jual mulai Rp 20 ribu, untuk dewasa paling mahal Rp 45 ribu, tergantung bahan. Jaket timnas Rp 50 ribu."
Yang banyak dicari, lanjut Sardi, nomor punggung 17 milik Irfan Bachdim. "Nomor punggung Gonzales dan Bambang Pamungkas juga masih jadi favorit," jelas Sardi yang mengaku omzetnya naik hingga 60 persen.
Edwin, Nove, Sita / bersambung
KOMENTAR