Nah, berbeda dengan gehu biasa, di Bandung ada gehu setan alias super pedas yang saat ini sedang digemari. Gehu pedas ini juga berisi tauge dan wortel. Namun istimewanya, ada rasa sangat pedas di dalamnya karena ditambahkan cabai yang ditumbuk kasar. Tepung untuk membalut tahunya pun terasa pedas karena diberi cabai.
Tak sulit mendapatkan gehu ini. Jika kebetulan sedang melewati Jalan Pajajaran, Pasir Kaliki (Paskal), Bandung, pasti akan bertemu para penjual gehu pedas ini.
Menurut Firman (30), penjual gehu pedas di Paskal, sudah setahun ia menjual makanan ringan ini. Awalnya, ia menjualnya di kawasan Gegerkalong (Gerlong). Jualannya laku keras, bahkan dalam sehari bisa ludas hingga 200 buah gehu.
Berawal sebagai pegawai di mini market, Firman lalu berubah haluan jadi penjual gehu pedas. Pasalnya, Bandung adalah pusat jananan. "Semua ada di sini, jadi kenapa saya enggak jual makanan saja? Kebetulan ada teman yang mengenalkan resep bumbu gehu pedas ini," papar Firman yang membeli resep itu seharga Rp 15 juta.
Resep yang ia rahasiakan ini rasanya memang lezat dan mantap. "Baik tahu maupun bumbunya saya pakai berdasarkan resep," ujar Firman yang kini sudah membuka cabang di tiga tempat karena pembelinya kian berjubel.
"Di dalamnya saya isi wortel, bihun, dan bumbu cabai merah. Tahu yang sudah diisi, saya masukkan ke adonan tepung terigu berbumbu pedas. Jadi, rasanya benar-benar pedas," tutur Firman yang menamakan gehunya Hot Jeletot.
Saking lakunya, Firman pun mulai membuka sistem waralaba, yang kini sudah ada 10 cabang di Bandung. Dengan modal Rp 10 juta, pembeli waralaba Gehu Hot Jeletot sudah dapat gerobak dan bahan baku. "Pewaralaba bisa untung Rp 100 dari setiap tahu yang laku," papar Firman yang kini sudah memiliki 20 pegawai.
Menurut Firman, jika ingin berbisnis, harus selalu inovatif dan kuat mental. "Banyak yang minta franchise di luar kota, tapi saya belum berani karena kendala di bahan baku. Saya juga tidak mau mengurangi kualitas rasa, meski harga cabai terus naik," kata Firman yang bisa meraup untung Rp 15 juta per bulan.
Banyaknya cabang tak membuat Firman kesulitan melakukan pengawasan. Tinggal menghitung berapa jumlah tahu yang laku. "Jadi saya enggak akan bisa dibohongi," tandas Firman.
Tarmizi, Nove / bersambung
KOMENTAR