Saat menjenguk sang ayah di tahanan, Ret (17) bertutur, "Bapak sebetulnya baik dan berhati lembut. Sama saya saja, tidak pernah kasar sekali pun," kata putri Wid ini.
Si lembut hati ini ternyata bisa berlaku di luar dugaan dan sulit untuk dipercaya. Bahkan, kata Kasat Reskrim Polres Magelang, AKP Slamet Riyadi, "Dia tenang sekali saat menceritakan semua kejadian. Mungkin karena dendamnya pada istrinya sudah terlampiaskan."
Slamet juga berkisah, saat ia dan rombongannya ke tempat kejadian perkara (TKP), "Suasana lumayan mencekam. Kami datang malam hari dan rumahnya agak gelap. Semula saya mengira bau yang berasal di rumah itu bekas acara ritual, semacam bau bangkai ayam. Di dalam ember besar ada tulang-tulang yang sudah dibungkus plastik. Yang bikin kaget, ternyata ada jari-jari tangan yang terlihat. Setelah dicek lagi, ada kepala yang sudah membusuk. Semula saya berharap itu bangkai hewan, ternyata manusia."
Yang tak kalah mengejutkan, polisi menemukan kerangka tangan yang dimasukan ke dalam pipa pralon sepanjang satu meter dengan diameter kurang dari 10 cm. Pipa itu terbungkus plastik. "Dibungkus cukup rapi, seperti kado," ujar Slamet. Selain pipa itu, sebuah ember besar, panci besar, dan dua pisau dapur, dijadikan barang bukti. Jika terbukti merencanakan pembunuhan itu, Wid terancam hukuman penjara seumur hidup.
Keluarga Tutik di Desa Banyubiru, Muntilan amat terpukul dengan kematian Tutik yang begitu mengenaskan. Terutama ketiga anak Tutik dari perkawinan sebelumnya, Erma Sulitiyaningsih (19), Ina Riyani (17) dan Dicky Kurniawan(9). Mereka tampak masih syok, terutama Ina yang kerap tinggal bersama Tutik dan Wid.
Berbeda dengan cerita Wid, ayah Tutik, Suratmin (60) membantah putrinya punya kebiasaan berselingkuh. "Anak saya ibu rumah tangga yang baik," tegas Suratmin. Bahkan ia mengatakan, Tutik sering mendapat perlakuan kasar Wid, seperti ditendang dan dipukul ketika cekcok dengan suaminya. "Suaminya ringan tangan. Di rumah kontrakan itu Tutik pernah dua kali dianiaya. Pernah juga dicekik. Meski begitu, Tutik masih setia," imbuhnya.
Suratmin mengakui, rumah tangga Tutik-Wid sudah lama tak harmonis. Namun, ia tak menyangka Wid akan setega itu terhadap putrinya. Suratmin dan keluarga pun ingin Wid dihukum berat. "Dihukum mati saja. Nyawa dibayar nyawa!" tegasnya. Kini, ketiga anak Tutik, terutama Ina dan Dicky akan tinggal bersama kakeknya itu. "Kami akan merawat anak-anak Tutik sebaik-baiknya."
Tarmizi
KOMENTAR