SERVIS GRATIS HP & MOTOR
Sejak Kamis (11/11), ada pemandangan baru di salah satu pojok di Stadion Maguwoharjo. Antrian panjang terlihat di situ. Ternyata, di situ disediakan servis gratis handphone (HP) milik para pengungsi. "Idenya sederhana, saat semua orang fokus membantu makanan, enggak banyak yang mikirin hal-hal kecil tapi penting. Seperti kondisi HP," ujar salah satu teknisi bernama Isro.
Bermodalkan meja dan peralatan seadanya, Isro dan tiga rekan lainnya melayani servis puluhan HP setiap harinya. Bahkan mereka sempat kewalahan. "Biasanya, sebelum semua selesai, kami belum menerima yang baru dulu, biar semua tuntas." Mayoritas, kata Isro, keluhan pemilik adalah kondisi speaker dan mic yang rusak berat. "Biasanya karena terkena terlalu banyak debu dan hawa panas, jadi speaker suka bunyi kresek-kresek. Komunikasi jadi enggak lancar. Yang paling parah, biasanya LCD (layar, Red.)- nya pecah. Mungkin jatuh karena terburu-buru waktu evakuasi. Kalau sudah begitu, kami tak bisa berbuat banyak, karena spare part-nya susah dan mahal," kata Isro yang menggratiskan semua biaya servis pada pengungsi.
Selain servis gratis HP, ada pula servis motor. "Kami seminggu di sini," kata sang koordinator, Triyono. Setiap hari, ada tiga montir yang umumnya bisa mengerjakan servis untuk 15 sepeda motor. "Bahkan pernah sehari menservis 21 motor." Servisnya, katanya, hanya yang ringan seperti membersihkan karburator. Kalau servis besar atau ganti oli, harus bawa sendiri olinya," lanjut pria yang bersama rekannya dari sebuah lembaga pendidikan pelatihan di Jakarta khusus datang ke Yogya untuk membantu para pengungsi. Selama di Yogya, mereka mengontrak sebuah rumah di kawasan Monumen Yogya Kembali (Monjali), tak begitu jauh dari lokasi pengungsian di Stadion Maguwoharjo.
Agar lebih adil dan pelayanan yang diberikan menjangkau lebih banyak pengungsi, Triyono dan rekannya memberlakukan satu kali servis bagi mereka yang datang. "Jadi, hanya boleh sekali datang servis. Kami catat jenis motor dan nomor polisinya. Kalau datang lagi, terpaksa ditolak. Soalnya, kasihan yang lain."
Setiap hari selama seminggu belakangan ini, Syaiful Hadi rajin berkeliling dari satu pengungsian ke pengungsian lain dengan motor roda tiga dan sebuah gerobak berisi buku-buku. Setiap Syaiful datang, anak-anak pun riuh menyerbunya. "Saya ikhlas ingin membantu anak-anak supaya mereka terus ceria," ujarnya.
Di gerobak sederhananya itu, ada sekitar 1.200 buah buku. Dari buku cerita, komik, hingga buku pengetahuan alam. Tiba di pengungsian, ia membuka meja lipatnya, menggelar buku. "Karena harus kerja, setiap hari buku saya drop jam 08.00 lalu saya kerja naik angkot, pulangnya ke sini lagi untuk membereskan buku, kemudian pulang," ujar Syaiful yang ikhlas jika beberapa bukunya tak dikembalikan. "Enggak apa-apa, yang penting anak-anak senang. Buku bisa dicari lagi. Yang penting, niatnya," kata Syaiful.
Biasanya, pasca Lebaran Haji adalah masa panen bagi para Wedding Organizer (WO) dan perias pengantin. Namun, kali ini mereka terpaksa "puasa" order karena banyak calon pengantin di Yogya dan sekitarnya yang memundurkan jadwal pernikahan mereka. "Paling tidak, November ini saja ada enam acara pernikahan yang diundur," kata pemilik WO Gurat Ungu, AR. Sugiarto, S. Sn.
Hal serupa dirasakan Esti Ismunadji dari WO Sekar Kedaton. "Ada klien yang seharusnya menikah Jumat (5/11) ini, tapi harus diundur entah sampai kapan. Belum dibicarakan lagi. Saya tidak berani bertanya karena sejak awal sudah diberitahu, keluarga inti dari besan tidak berani datang ke Yogya. Tamunya kebanyakan juga alumni UGM dari luar Yogya," terang Esti.
Lain lagi cerita perias pengantin Hj. Lies Adang. Ia mengaku jatuh iba dan nyaris menangis ketika pengantin yang diriasnya gagal jadi pusat perhatian ribuan tamu undangan kelas VIP. Ribuan undangan yang sudah disebar si empunya hajat, mantan pejabat negara, justru sepi tamu. "Banyak tamu takut datang ke Yogya. Pesawat juga tidak ada. Jadi, rata-rata hanya mewakilkan kehadirannya dengan rangkaian bunga. Untungnya, pengantin dan si empunya hajat sudah legowo. Bisa mengerti alasan tamu yang diundangnya," kata Lies sambil memandangi deretan rangkaian bunga yang memenuhi sebuah gedung mewah.
Hasto, Yetta, Rini
KOMENTAR