Hobi itu terus terbawa ketika Vina kuliah di Monash University, Australia. Ceritanya, suatu hari ia melihat butik yang menjual seprai, bed cover, serta peralatan tidur lainnya berhias aplikasi dan sulaman lucu-lucu. "Timbul ide, kenapa saya tidak menjadikan hobi sebagai mata pencaharian. Kebetulan, setelah lulus kuliah juga masih bingung mau kerja apa."
Vina lalu membuat 1-2 seprai dan bed cover untuk mengisi waktu. Selama enam bulan Vina menjajakan hasil kreasinya secara door to door, dari rumah kerabat hingga sahabat.
Lisensi Australia
Hanya enam bulan cara berjualan seperti itu dilakoninya karena kemudian, bersama suaminya, Stephen Eric Tejo, Vina sudah punya butik di Paris Van Java, Bandung. Bahkan butik dengan label Linen & Lice Australia itu juga sudah membuka gerai di Grand Indonesia.
Kenapa pakai Australia? Semula Vina memang membeli lisensi aplikasi itu dari Australia. "Tapi saya beli lisensinya per item." Untuk membeli lisensi itu, mitranya di Australia hanya mengirim gambar aplikasi dan contoh bahannya. "Belakangan ini, saya sudah enggak beli lagi. Semua sudah bikinan saya sendiri," jelas Vina yang serius menekuni bisnis ini sejak tiga tahun lalu.
Yang jelas, bermitra dengan pihak Australia membuat kreasi Vina makin beragam. "Dulu modelnya lebih polos," sela Stephen yang turut mendampingi. Saat ini kreasi Vina yang semua hand made, memadukan antara sulaman dan aplikasi. Perpaduan warna antar bahan juga serasi.
Boleh dibilang, kreasi Vina adalah sebuah karya seni. Tak heran, untuk membuat satu selimut memerlukan waktu sebulan. Apalagi jika ada permintaan khusus dari pemesan. "Bisa sampai 1,5 bulan pengerjaannya." Maklum, sebelum mencari bahan, Vina harus membuat desain dulu. "Setelah disetujui pemesan, baru dicarikan bahannya," jelas Vina sambil menunjukkan satu desain dengan aplikasi tiga kuda pesanan seseorang.
Saat ini Vina memang banyak menerima pesanan khusus. Banyak pelanggan yang ingin dibuatkan barang yang lebih personal. Meski demikian, ia tak hanya membuat satu set, tapi dua. Yang satu sengaja ia pajang di gerainya. "Untuk menambah koleksi saja. Siapa tahu ada yang tertarik." Jika tidak demikian, koleksi di gerainya tak akan bertambah.
Selain motif khusus, biasanya pemesan juga menambah permintaan dengan tulisan nama anaknya. "Ya, kalau ini gratis. Hitung-hitung sebagai servis kepada pelanggan," kata Stephen seraya menambahkan, 70 persen koleksinya untuk anak-anak. "Biasanya orangtua, kan, tidak itung-itungan kalau membelikan barang untuk anaknya," katanya sambil tertawa.
Sukrisna / bersambung
KOMENTAR