Setelah hampir dua minggu tak sekolah, anak-anak di pengungsian Stadion Maguwoharjo siap bersekolah lagi. Bukan sekolah darurat atau kelas kursus, tapi sekolah sesungguhnya. Di tengah keterbatasan fasilitas, sejak Senin (8/11) lalu, Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman menyelenggarakan sekolah di lingkungan Stadion Maguwoharjo. Lokasinya di tempat duduk sebelah Barat sayap stadion.
Di situ, ratusan anak duduk rapi mengikuti pelajaran sesuai kelasnya masing-masing. Untuk sementara, sekolah memang hanya digelar untuk tingkat TK dan SD saja. Namun, selanjutnya murid SMP dan SMA akan dirujuk untuk bisa bergabung dengan siswa sekolah di sekitar Stadion Maguwoharjo.
Dengan alat tulis dan tas sekolah yang diberikan cuma-cuma, anak-anak pengungsi terlihat bersemangat. "Aku takut ketinggalan pelajaran," tutur Mifta, bocah yang tadinya duduk di kelas 1 SD Cancangan, Wukirsari, Sleman. Senang sekolah lagi? Mifta mengangguk cepat. "Senang sekali!"
Kondisi pengungsian yang serba terbatas memang banyak mempengaruhi keadaan psikologis pengungsi. Tak adanya ruang pribadi, kesulitan beradaptasi, dan beban mental kerap membayangi benak para pengungsi. "Biasanya, semua dimulai oleh banyaknya pertanyaan 'Dari mana lagi harus memulai setelah ini?'" ujar Koordinator Tim Psikolog Fakultas Psikolog UGM, Rahmat Hidayat.
Akibatnya, banyak keluhan psikologis yang diderita pengungsi. Kasus yang paling umum adalah depresi. Di Stadion Maguwoharjo saja, tercatat sekitar 70 pengungsi didiagnosa depresi. Sementara mereka yang menderita psikotik (sakit jiwa) tercatat hingga 39 orang. Khusus penderita sakit jiwa, memang sudah mengidap penyakit itu sebelum mengungsi. Namun, setelah mengungsi kondisi mereka bertambah parah. "Istilahnya relapse, karena tadinya mereka dapat perawatan rutin, sekarang tambah terkungkung," lanjut Rahmat.
Yang paling ekstrem, sudah ada dua pengungsi dari Stadion Maguwoharjo yang meninggal dunia karena bunuh diri. "Kejadiannya hari Minggu (7/11) lalu. Satu orang tiba-tiba pulang ke kampungnya dan gantung diri di rumahnya. Satu lagi lompat ke selokan Mataram," jelas Rahmat. Miris.
Yetta
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR