Rupanya Adi Subroto melihat Anik memiliki kemampuan lebih. Ia kemudian memberi ilmu baru lagi, yakni mengetik Al Quran dengan huruf braille. Lagi-lagi ilmu yang diberikan sang guru diserap dengan baik oleh Anik. Beberapa saat kemudian, dia berhasil menguasai mesin ketik braille. "Setelah bisa mengetik dengan braille, Pak Adi meminta saya menyalin Al Quran ke dalam huruf braille," tutur Anik.
Quran dalam huruf braille yang telah diperbanyak itu oleh Adi Subroto kemudian dibawa ke Yaptunik, lalu didistribusikan kepada para tunanetra yang berminat. "Tapi sekarang saya sedih. Pak Adi sudah tiada. Dia guru yang amat berjasa besar buat saya," tambahnya.
Selama bergabung di Yaptunik, bukan hanya ilmu agama diperoleh Anik. Melainkan juga bertemu pria pujaannya bernama Suharto. Tahun 2004 keduanya menikah. "Mas Suharto dulu tinggal di sebuah yayasan sosial yang menampung para tunanetra untuk belajar memijat. Mas Suharto sering main ke tempat Pak Adi dan akhrinya ketemu saya."
Kini, keterampilannya mengetik braille bisa menjadi sumber kehidupan Anik. Yaptunik selalu memesan Al Quran Braille kepadanya. Untuk satu kitab, ia mendapat upah Rp 1,5 juta. "Untuk menyalin satu buah Al Quran ia membutuhkan waktu sekitar 20 hari. Uang itu sudah sangat lumayan buat saya. Itu belum termasuk bila diminta menyalin Ayat Kursi, doa-doa, Asmaul Husna, ke dalam huruf braille dari pemesan di luar Yaptunik," tambah Anik.
Mengingat menyalin Al Quran ke dalam huruf braille butuh ketelitian, maka Anik dibantu sang suami tercintanya yang bertindak sebagai korektor. "Bila ada satu huruf braile yang salah, masih bisa diperbaiki, tapi bila salahnya satu kata, terpaksa harus ganti kertas satu lembar," timpal Suharto yang turut menemani istrinya berbincang. "Saya bisanya hanya mengoreksi. Kalau mengetik braille belum bisa," tambahnya.
Kini, Anik mengaku bangga, meski kondisinya tunanetra tapi bisa berbuat bagi sesama penyandang tunanetra. Keterbatasan penglihatan bukan halangan baginya untuk berbuat yang bermanfaat.
Dengan adanya Al Quran braille buatannya, kini, kata Anik, tidak ada kesulitan lagi bagi penyandang tunanetra untuk memabaca ayat-ayat suci Al Quran. "Makanya, saya berharap teman-teman saya sesama tunanetra Jangan menyerah pada keadaan. Meski dengan pengliahatan yang serba terbatas, tapi tetap bisa melakukan hal positif. Jangan karena tunanetra kemudian tidak melakukan apa pun," tegasnya.
Gandhi Wasono M.
KOMENTAR