Kabar kematian Karyadi (53) sangat mengejutkan istri Karyadi yang lain, Siti Fatimah (38), apalagi media mengabarkan Karyadi tewas di tangan istri nomor duanya, Muryani. "Saya tidak tahu, Bapak punya istri lain. Yang saya tahu, saya ini istri nomor dua Bapak. Istri pertamanya tinggal di Demak (Jateng). Saya baru tahu Bapak punya istri lagi setelah ada kejadian ini," kata Siti.
Buruh pengupas bawang di Pasar Induk Kramat Jati ini mengisahkan, ia dinikahi Karyadi 20 tahun lalu. Kala itu, "Bapak mengaku sudah punya istri dan anak," kata Siti yang tak keberatan menjadi istri kedua. "Setelah menikah, kami kontrak rumah petak di kawasan Kramat Jati," tuturnya.
Kehidupan rumah tangganya bersama Karyadi, disebut Siti sangat sederhana. "Penghasilannya sebagai keamanan pasar sangat kecil. Saya mesti membantu mencari nafkah dengan kerja jadi buruh di pasar. Meski begitu, hidup kami pas-pasan. Kami hanya sanggup kontrak rumah petak dengan satu kamar yang kecil," kata Siti yang tidak punya anak dari pernikahannya dengan Karyadi. "Meski enggak punya momongan, kami tetap bahagia."
Siti mengaku sempat berpisah dari suaminya. "Beberapa tahun lalu, kawasan kami tinggal di Kramat Jati terbakar. Semuanay ludes. Setelah itu, selama dua tahun saya dan Bapak sempat pisah. Tapi, belakangan dia mengajak balik lagi. Ya sudah, saya mau saja," kata Siti.
Mereka pun sewa rumah sederhana di pemukiman padat tak jauh dari Pasar Induk Kramat Jati, di Kampung Tengah, Jakarta Timur. Rumah yang mereka sewa teramat sederhana. "Jarak dari tempat kerja, kan, enggak jauh. Saya hanya jalan kaki ke pasar. Pagi-pagi saya sudah berangkat dan baru malam hari saya pulang. Kalau bawang belum dikupas habis, saya belum bisa pulang."
Sang suami bekerja sebagai banpol di pasar yang sama. "Tapi, saya tidak selalu bertemu di pasar. Paling-paling saya hanya melihatnya dari kejauhan," cetusnya. Menurut Siti, suaminya selalu pulang ke rumah. "Hanya sesekali dia tidak pulang. Tapi, dia selalu pamit. Katanya, sih, ada kerjaan lain. Saya tidak tanya lebih lanjut soal pekerjaannya."
Sampai akhirnya Selasa (12/10) pekan silam, Karyadi sudah sampai rumah sekitar jam 19.00. "Tak lama kemudian dia keluar rumah. Bapak nongkrong sama tetangga, tak jauh dari rumah. Begitulah kegiatan Bapak. Dua jam kemudian, Bapak pulang. Tapi, terus keluar rumah lagi. Dia pamit pergi, katanya ada kerjaan yang harus diselesaikan."
Itulah pertemuan terakhir Siti dengan suaminya. Keesokan harinya ketika Karyadi tidak juga pulang, "Saya beberapa kali coba kontak HP-nya, tapi tidak pernah aktif. Tidak biasanya Bapak mematikan HP," kata Siti yang mengaku tidak kenal bangku sekolah ini.
Siti juga mencoba mencari tahu ke tempat kerja suaminya. Namun, sang suami tetap tidak ada kabarnya. Sampai akhirnya, Siti mendengar kabar ditemukannya kepala korban mutilasi. Siti mengaku sempat cemas, jangan-jangan suaminya jadi korban pembunuhan. Namun, Siti mencoba menata hatinya. Ia berharap, sang suami baik-baik saja. Namun, alangkah kagetnya ketika tengah bekerja di pasar, ia mendengar berita, korban mutilasi itu bernama Karyadi. Ia makin yakin ketika melihat wajah korban. "Memang benar, Bapaklah yang jadi korban. Tentu saja saya sangat sedih," ujarnya lirih.
Henry Ismono / bersambung
KOMENTAR