Rabu pekan lalu, Anda dilaporkan suami sendiri ke Polda Metro Jaya. Apa sebabnya?
Betul. Semua berawal Rabu (6/10). Saat itu saya SMS suami minta akta kelahiran dan kartu keluarga untuk keperluan sekolah kedua anak saya, yang di SMP dan TK. Tapi suami tidak memberi. Alasannya, menunggu keputusan hakim. Lho, keputusan hakim yang mana? Kan, belum ada gugatan cerai?
Lalu, saya datang ke rumah suami karena kami sudah pisah ranjang. Saya tinggal di apartemen, dia di rumahnya. Saat saya masuk rumah, dia tidak ada. Kamar saya dikunci. Lalu saya teringat ucapan suami yang pernah bilang, punya brankas untuk menyimpan surat-surat berharga.
Benar saja, di lantai satu saya lihat ada brankas tapi kondisinya terkunci. Karena tidak mungkin membuka di sana, brankas itu saya bawa dengan mobil pick-up yang saya panggil mendadak. Brankas itu lalu saya bawa ke rumah teman karena kalau dibawa ke apartemen saya, kan, harus diangkat ke lantai atas. Repot sekali. Berkat bantuan tukang las yang saya panggil, brankas itu bisa dibuka dan dirapikan kembali.
Apa yang terjadi kemudian?
Berkas satu tumpuk saya bawa semua. Tapi suami kemudian menuduh saya mencurinya, padahal brankas itu sudah saya kembalikan, lewat satpam rumahnya.
Lalu apa reaksi suami?
Malamnya, sekitar jam 23.30, ada 6 orang polisi datang ke apartemen saya. Ternyata saya telah dilaporkan ke Polda Metro Jaya sebagai tersangka pencurian dokumen. Anehnya, bulan Juni saya pernah melaporkan KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) yang dia lakukan terhadap saya, tapi belum ada respons dari Polda. Kok, yang ini kejadiannya baru siang hari, malamnya saya sudah disuruh ke Polda. Akhirnya saya pasrah saja, daripada berdebat dengan petugas. Sebab mereka bilang hanya menjalankan tugas saja.
Anda pergi sendiri ke Polda Metro Jaya?
Saya didampingi pengacara saya, Edwin Partogi, SH dan teman-temannya dari KONTRAS (Komisi Untuk Orang Hilang & Korban Kekerasan). Yang menyedihkan, Kamis (7/10) pagi itu adalah hari ulang tahun anak ke-3 saya. Tapi saya tidak diizinkan pulang meski sudah memberi alasan itu. Padahal, saya sudah bikin nasi kuning untuk selamatan di apartemen. Putra saya sampai menelepon, "Kapan Mami ambil kue? Kapan tiup lilinnya? Karena itu saya meminta saudara saya agar mengantarkan anak saya ke Polda."
Kecewa terhadap tindakan suami?
KOMENTAR