Nama aslinya Liem Hai Thai namun orang lebih suka menyapa Koko Liem. Selain di TPI yang membesarkan namanya, pria berkacamata ini juga sering mendapat peran di beberapa sinetron seperti, Kiamat Sudah Dekat (SCTV), Hijrah (TPI) dll. Ramadhan tahun lalu, anak ke-7 dari 10 bersaudara ini, sempat dikontrak Trans 7 untuka cara Opera Van Java spesial Ramadhan. Koko Liem juga seorang bintang iklan obat maag.
Menyoal kegiatan berdakwah di TV, Koko Liem sudah pernah dikontrak oleh hampir semua stasiun televisi di Indonesia. Bahkan pernah pula menjadi dai penasihat cinta di acara Take Me Out, di Indosiar.
Ramadhan mendatang, Koko Liem akan tampil sebulan penuh di teve. Acaranya, "membangunkan" artis untuk makan sahur. "Belum lagi acara-acara lain yang biasanya datang mendadak," terangnya.
Kegiatan yang seabreg itu membuat Koko Liem bak selebriti. Ia tak memungkiri hal itu. Pria berdarah China yang lahir di Dumai, 17 Januari 1979 ini, menyadari namanya berkibar lewat ajang DAI yang digagas oleh TPI. Wajar, bila orang menyebut Koko Liem adalah ustadz selebriti. "Bolehlah orang menyebut saya ustadz selebriti. Asal bukan selebriti uztaz," tandhasnya. Yang penting, lanjutnya, meski kerap tampil di teve, ia tetap seorang ustadz yang mengajarkan kebaikan pada para jamaahnya. "Jadi basic saya tetap ustadz," tegas ayah dua anak yang mampu menghafal Al Quran dalam tempo 20 bulan ini.
Mualaf Sejak Kecil
Proses keislaman Koko Liem, lantaran mendapat hidayah kala duduk di sekolah dasar. Cerita Liem, ketika pelajaran agama Islam berlangsung, Liem kecil yang kala itu beragama Budha tak mau keluar kelas meski menurut aturan ia boleh tak mengikuti pelajaran agama Islam. "Saya lebih suka mendengarkan apa yang diajarkan guru agama (Islam)."
Liem mengaku kala itu suka sekali mendengarkan kisah para para nabi. "Saya juga kagum dengan ajaran Islam," terangnya Kala itu, Liem hanya menyimpan kekaguman itu dalam hati. Barulah di usia 15 tahun Liem memutuskan masuk Islam. Keputusannya itu membuat keluarganya kecewa dan tak mau memganggap Liem menjadi bagian dari keluarga besarnya. Beruntung ada seorang yang mau merawatnya. Meski tak lagi tinggal bersama keluarga, tiap bulan Liem tetap pulang ke rumah orangtuanya.
Setiap pulang ke rumah, Liem tetap menunjukkan rasa hormat dan sikap yang baik kepada seluruh keluarga, terutama orangtuanya. Karuan saja pasangan Liem Guanho dan Laihua terpesona dengan kesantunan, kearifan, dan tutur kata Liem yang terpuji. Sang ibu dan adik bungsunya pun mengikuti Liem menjadi mualaf. "Saya berdakwah ke keluarga bukan lewat ceramah, tapi lewat perilaku yang saya tunjukkan," jelas Liem.
Menulis Buku
Awal Ramadhan nanti, Koko Liem akan meluncurkan buku yang mengupas masalah doa, usaha, ikhlas, dan tawakal (DUIT). Buku ini dilengkapi dengan CD. Buku berisi perjalanan hidupnya juga memuat lima kisah nyata orang yang dikenalnya. Salah satunya adalah kisah wanita yang lolos dari kecelakaan pesawat terbang di Medan beberapa tahun lalu. Juga ada kisah pasangan suami-istri yang mendapat keturunan setelah bertahun-tahun menunggunya. "Mereka berhasil karena melakukan DUIT itu," tambah Koko Liem.
Menjadi ustadz, bagi pria bernama asli Danu Djoko Ismanu Herlambang ini, tidak pernah direncanakan sebelumnya. Lepas dari Fakultas Teknik Sipil UII, Yogyakarta, pria bergelar insinyur ini, lantas menjadi kontraktor jalan. Rupanya, pria kelahiran Pati, Jateng, justru tak menemukan kecocokan bekerja membangun fisik jalan atau jembatan. Kleak, ia justru merasa cocok "membangun" ahlak jamaahnya.
Danu pun merintis bisnis aneka produk. Mulai dari pupuk organik, obat-obatan herbal, hingga madu. Bila pada akhirnya memutuskan berada di jalur dakwah, katanya, "Dakwah tidak pernah saya cari. Awalnya karena banyak yang menginginkan dan ingin tahu cara sehat menurut Islam. Kebetulan saya bisa memberi pencerahan soal hubungan ahlak dan kesehatan manusia yang sebenarnya dekat sekali," jelasnya. Permintaan dakwah pun terus mengalir.
Sebelum akhirya tampil secara fenomenal di acara Bengkel Hati di Stasiun televisi swasta TPI, ia lebih dulu tampil mengasuh acara keagamaan di stasiun televisi di Yogyakarta, lalu ke TV O Channel, Jakarta. Dari sini permintaan dakwah terus mengalir hingga akhirnya diberi "panggung" secara tetap tiap hari Minggu pagi di TPI dalam acara Bengkel Hati.
Hingga kini ustadz Danu sudah berdakwah ke berbagai penjuru tanah air. Acara-acara pengajian off air yang menampilkan ayah tiga anak ini pun selalu dijubeli jamaah. Paling tidak, kata Danu, "Lebih dari 10 ribu jamaah." Ramadhan ini ustadz Danu juga diminta mengisi acara di kediaman Wapres Budiono.
Mengisi Acara Ramadhan
Kini acara Bengkel Hati, TPI, banyak ditunggu pemirsa. Bisa jadi banyak yang cocok dengan tauziah yang ia berikan. Ustadz Danu mengungkapkan, tak sedikit jamaahnya yang datang dalam kondisi sakit, setelah diberi pencerahan, bisa sembuh. Hepotesanya bahwa orang sakit itu ada hubungannya dengan hati manusia. "Saya bisa bilang seperti itu berdasarkan penelitian lebih dari 20 tahun. " Orang sakit kanker, lanjut ustadz Danu, bisa jadi lantaran sering emosi, menyimpan kemarahan pada suaminya. Perempuan kena tumor payudara bisa jadi sering marah pada suaminya," tegasnya.
Di luar acara interaktif itu, ustadz Danu masih menyempatkan diri memberi kesempatan kepada jamaah yang hadir untuk bertanya langsung. "Semua free. Tetapi di luar itu, saya harus tunduk kepada manajemen saya. Kalau konsultasi face to face, memang ada biayanya. Yang menentukan manajemen saya. Jadi kalau mau bebas biaya, silakan datangi pengajian saya," tuturnya.
Memasuki bulan Ramadhan, ustadz Danu telah dikontrak oleh MNC. "Mungkin akan disiarkan menjelang buka puasa. Saya belum tahu mau di TPI atau RCTI. Yang jelas acaranya semacam fragmen. Ada testimoni jamaah saya yang pernah sakit, setelah mengikuti pengajian saya, melaksanakan perintah Allah dan Rasullullah, kini bisa sembuh. Saya kebagian memberi tauziahnya."
Menyambut datangnya Ramadhan, ustadz Danu berpesan pada jamaahnya, bahwa membersihkan diri itu sebaiknya jangan hanya di bulan Ramadhan. "Setiap hari jalankanlah perintah Allah dan meniru semua yang telah disunnahkan RasulNya. Insya Allah mendapat rahmat Allah SWT."
Sukrisna, Rini Sulistyati
KOMENTAR