Lahir di Sumedang, 6 Juni 1946, pemilik nama lengkap R. Aang Kusmayatna Kusiyana Samba Kurnia Kusumadinata ini berasal dari pasangan R Suyatna Bin Aang - Nyi R Kusdiah Ratna Komala. Ibing ikut kakek dan neneknya tinggal di kawasan Jl Asia Afrika. Semasa kecilnya, Ibing terkenal sebagai anak nakal karena tak bisa diam. Ada saja ulah yang dilakukannya, semisal mencat kambing tetangga.
Ibing yang berotak cerdas, masuk Universitas Padjadjaran, Jurusan Sastra Rusia selulus dari SMAN 4 Bandung. Ia pun terpaksa tinggal di DAMAS (Daya Mahasiswa Sunda) karena tak sanggup bayar uang kos. Untuk menyambung hidup, tiap jam 04.00 ia pergi ke Pasar Andir dan berjualan singkong. Tak jarang, sebagian uang hasil berjualan singkong dikirim ke orangtuanya untuk membantu biaya sekolah adik-adiknya. Hingga suatu hari, Ibing yang sedang bermain ke Radio Mara, melihat Aom Kusman, sahabatnya, tengah siaran Kuis Siapa Dia. Ibing pun ditawari menjadi penyiar di radio itu.
Ibing tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Keesokannya, ia langsung menjadi penyiar dengan nama samaran Ibing. Respons baik pun diterimanya dari para pendengar. Suatu hari, Ibing dipertemukan dengan sahabatnya yang kebetulan mengajak ikut serta melawak. Ibing menolak mentah-mentah tawaran itu karena dia bercita-cita jadi tentara.
Tapi karena kebutuhan hidup yang mendesak, akhirnya Ibing ikut melawak. Lambat laun ilmu melawak dikuasainya dan ia pun dikenal sebagai seniman dan pelawak grup De Kabayan's. Sejak terkenal sebagai pelawak, Ibing mendapat tawaran main film di tahun 1975, berjudul Si Kabayan. Sejak itulah sosok Kabayan sangat lekat pada sosok ayah tiga anak ini. Ketika tren bergeser ke sinteron, Kang Ibing tidak tertinggal. Ia turut berperan di sinetron Kabayan Orang Beken (1992).
Di masa tuanya, Kang Ibing tetap berkarya. Di harian Pikiran Rakyat, secara rutin Kang Ibing bertindak sebagai komentator di Rubrik Sepakbola Bodor, artikel yang muncul ketika musim sepakbola datang, seperti Piala Eropa dan Piala Dunia. Terakhir, Kang Ibing menulis artikel soal Belanda vs Jerman di pertandingan Piala Dunia 2010 yang bertajuk "Rele Renang Nuting Tongharcet!" (plesetan dari 'Rek eleh rek meunang, nu penting tong dahar bancet!', yang berarti mau menang ataupun kalah, yang penting jangan makan bancet atau kodok kecil, Red.).
Di situ, antara lain ia menulis dengan gaya lawakannya yang khas, "Ada juga tim medis yang mengusulkan, agar gampang menangani kalau terjadi apa-apa, sebaiknya pertandingan final ini dilangsungkan saja di halaman rumah sakit. Usul ini juga ditolak, karena repot, pemain sepak bola pabaliut jeung nu bezoek. (Kisruh dengan para pembesuk, Red.)"
Keasyikan bekerja, Ibing terlambat menikah. Saat berkenalan dengan Nike, anak seorang tentara berpangkat kolonel, Ibing memberanikan diri melamar. Berbuah kemampuan meyakinkan calon mertua, Ibing diterima menjadi menantu. Perbedaan usia 13 tahun dengan Nike justru menjadi semangat hidup baginya. Nike memberinya anak, Kusumadika Rakean Kalang Sunda, Kusumananda Mega Septemdika, dan Diane Fatmawati. Anehnya, Ibing malah tak ingin ketiga anaknya menjadi pelawak.
Sejak berita kematiannya merebak, ucapan belasungkawa membanjiri dunia maya, khususnya jejaring sosial Twitter. Beragam cara dilakukan untuk mengenang sosok Kang Ibing. Kebanyakan, mengucapkan duka cita yang mendalam atas kepergian sang maestro. Armand Maulana misalnya, menuliskan di akun Twitter-nya, "Saya sangat terkesan dgn akting Almarhum Kang Ibing di film Anemer Bangkong. Baru tahu bahwa Alm bs jg berakting serius & bgs. Insya Allah dibukakan Pintu Sorga Nya. Amin." Atau yang ditulis pemilik akun @retsza: "Seniman senior, kebanggaan Jabar, pemuka agama. Selamat jalan Kang Ibing, semoga amal ibadahnya diterima."
Ucapan belasungkawa pun tak berhenti. Lewat gerakan #RIPKangIbing di Twitter, ribuan ucapan pun masuk. Rata-rata, per 5 menit, ada sekitar 20-30 ucapan belasungkawa yang muncul.
Namun, tak sedikit orang yang mencoba mengenang Kang Ibing dengan cara berbeda. Beberapa pemilik akun di Twitter menggagas postingan berisi nostalgia kutipan adegan dan kalimat lucu yang sering dilontarkan almarhum. Kami mencoba merangkum beberapa kutipan di bawah ini.
o Kang Ibing: "Ini jg bagus anjingnya. Keturunan." Aom Kusman: "Keturunan apa?" Kang Ibing: "Keturunan anjing, lagi.."
o Kang Ibing: "Kamu kecil-kecil sudah berani sama orang utan ...iss... orang tua."
o Kang Ibing: "Bagaimana kalau kita bakar saja pintunya jadi api unggun biar hangat?"
o Kang Ibing: "Saya berjanji tidak akan sekali-kali lagi memasukan anak anjing ke dalam ember."
o Kang Ibing: "Saya mencari Eti..si gadis jujur.."
o Aom Kusman: "Heh, tadi kamu ngetuk pintu pake apa?" Kang Ibing: "Pakai ini.. palu."
o "Mmm..anu..satu lagi, kalo saya tidur, mm.. saya boleh bermimpi?"
ERNI, YETTA
KOMENTAR