Dengan omset usaha mencapai rp 150 juta per bulan dan keberhasilannya mengembangkan usaha, Riezka yang sejak kecil suka bisnis, tahun lalu terpilih menjadi finalis Wirausaha Mandiri tingkat nasional. Ia pun kerap diundang bicara tentang entrepreneur di berbagai tempat.
Orangtuanya, pasangan Nizar Ali dan Siti Suriyatun, yang semula menentang Riezka berbinis, balik mendukung.
"Dulu mereka marah saat tahu saya mulai usaha. Mereka ingin saya kuliah dan mencari kerja di tempat mapan. Tapi saya memilih jadi pengusaha. Kini, mereka mendukung. Malah, Mama sering mempromosikan Just Mine ke teman-temannya. Tiba-tiba saja ada teman Mama yang pesan dan ada juga yang ingin jadi mitra, " jelas Riezka seraya menjelaskan, Just Mine sudah punya kantor di Jakarta.
Dibantu 25 karyawan, Riezka dan 3 temannya tak pernah berhenti berkreasi. Ia ingin memenuhi permintaan sejumlah mitra yang ingin buka usaha di daerah. Wanita muda ini juga memiliki mimpi membuka resto yang nyaman.
Di Medan, es pisang ijo juga jadi favorit. Terutama yang diolah Abdul Razak Pahlevi (24). Pemuda lulusan Fakultas Sastra Jepang ini sudah sejak beberapa tahun terakhir ini berjualan di kawasan Jalan Hasanudin, simpang Jalan Darat Medan. Saking larisnya, sebagian pembeli harus rela menikmati es di mobilnya karena tak kebagian kursi.
Bisnis minuman manis ini, kata Pahlevi, ditekuninya setelah ia gagal membuka kelas kursus privat Bahasa Jepang di rumahnya. "Muridnya hanya tujuh. Jelas kurang untuk mencapai impian saya membeli sepeda motor." Beruntung Pahlevi kemudian menuruti saran kakaknya untuk berwiraswasta. "Dia bilang, berhasil-tidaknya, tergantung dari kegigihan kita. Kalau kita ulet, sebentar saja sudah bisa menabung dan bisa membeli apa yang kita inginkan," ujar Pahlevi mengutip omongan kakaknya yang sudah lebih dulu sukses berjualan es dawet Cah Banjar. "Dia berbisnis Es Dawet Cah Banjar sejak tahun 2004."
Alih-alih bergabung dengan sang kakak berjualan dawet, Pahlevi justru memilih es pisang ijo. Alasannya, "Waktu SD, kami pernah tinggal di Ambon. Di sana ada minuman khas kota itu, yakni es pisang ijo. Saya sempat belajar membuat es itu sama Mama. Ternyata setelah mencoba membuat sendiri berkali-kali, es pisang ijo bikinan saya lebih enak dibanding buatan Mama," kenang Pahlevi sambil tertawa.
Ia pun makin yakin memilih es pisang ijo karena ketika keluarganya pindah dari Ambon ke Makassar, "Ternyata masyarakat di sana juga suka es pisang ijo." Semakin teguhlah pendiriannya membuka usaha es pisang ijo. "Apalagi di Medan belum ada yang jual es kayak begitu."
Setelah bereksperimen berkali-kali meramu, akhirnya Pahlevi menemukan resep es pisang ijo yang pas. "Kunci kelezatan es pisang ijo terletak pada pemilihan pisang kepok yang tua. Sementara warna ijo pada dadarnya, saya sengaja pakai pewarna dari daun pandan atau daun suji agar hijaunya lebih enak dilihat," ujarnya membuka rahasia.
Henry Ismono, Debby
KOMENTAR