Berbisnis bahan dan alat pembuat kue sudah dilakoni Sani Sanusi (64) pemilik PD KIjang Mas, Bandung, selama 20 tahun. Awalnya, kisah Sani, ia hanya menjajakan bahan-bahan kue dari bakery satu ke bakery lain di wilayah Bandung. "Sebelumnya saya berbisnis sepatu dan meubel. Tapi kemudian dipercaya oleh sebuah produsen bahan kue untuk menjajakannya door to door. Akhirnya keterusan sampai sekarang. Bisnis meUbel dan sepatu saya tinggalkan."
Setelah 10 tahun menjadi sales, Sani memberanikan diri membuka toko di kawasan Dago dengan nama PD Kijang Mas. "Sejak saat itu saya konsentrasi bisnis di bidang bahan dan alat kue. Tahun 1994 toko saya pindahkan ke Jalan Hariang Banga sampai sekarang."
Untuk mengembangkan usahanya, tahun 1994 Sani membuka kursus membuat cake, kendati programnya belum terarah. "Waktu itu belum punya guru tetap. Jadi sebulan sekali saja kursusnya. Setelah berjalan beberapa tahun, baru dapat guru. Namanya Pak Asep. Spesialisasinya di bidang cake, pastry, dan cokelat," terang Sani.
Sebenarnya, saat itu Sani merasa tidak nyaman berdagang bahan kue dan menyelenggarakan kursus masak. "Saya menganggap itu "mainan" kaum perempuan," terangnya. Hingga suatu kali Sani melihat pameran Asia Food Festifal di Singapura. "Dari sana saya baru sadar, ternyata "pemain" di bidang kue, seperti demonstraternya kebanyakan kaum pria."
Toko bahan kue dan kursus Sani pun berkembang pesat kala terjadi krisis ekonomi di tahun 1998. Saat itu, terang Sani, banyak karyawan kantor di-PHK. Ibu-ibu rumah tangga juga ingin memiliki penghasilan tambahan dengan membuka bisnis rumahan. "Jadi mereka lah peserta kursus kami. Tapi tak cuma ibu-ibu, kaum pria juga ada yang kursus. Tak sedikit peserta kursus itu para pemula."
Saat kursus peserta diberi waktu sejak jam 10 hingga jam 14. Selama itu guru mengajarkan dari A sampai Z cara membuat cake. "Misalnya belajar membuat pastry, ya diajarkan dari awal sampai bisa. Sistem kursusnya diajarkan/ didemokan oleh chef-nya. Peserta boleh mencoba praktik tahap yang ingin dia kuasai. Biasanya ada empat sampai lima resep yang diajarkan. Maksimal per kursus kami hanya membatasi 30 peserta," tambah Sani yang sering membagi resep gratis untuk para pelanggan setia tokonya.
Dengan menyelenggarakan kursus, toko bahan kue miliknya jadi lebih laris. "Dari waktu ke waktu kami bisa meilihat perkembangannya. Para pemula yang tadinya hanya membeli bahan dalam jumlah sedikit buat coba-coba, lama-lama meningkat jumlah pembelian bahan bakunya. Dari sini ketahuan mereka membuat kue untuk berdagang. Kami senang ilmu mereka juga ikut berkembang."
Sayangnya, guru kursus andalan Sani baru saja meninggal dunia. Kini, Sani tengah mencari guru yang ahli di bidang pastry, cake, dan cokelat. "Sampai tahun depan kursus saya hentikan dulu. Kebetulan kami judag sedang merenovasi toko agar ruang kursusnya lebih luas. Tahun depan rencananya kami bekerjasama dengan para mantan dosen STIPAR (Enhai) Bandung, menyelenggarakan kursus lagi," tutup Sani.
Nama Toko Ani, terkenal di kalangan pembuat cake dan cokelat. Bagi para pemula yang tinggal di Jakarta dan gemar berselancar di internet, biasanya akan memperoleh "saran" dari netter lainnya agar belanja ke TBK tertentu. Salah satunya ke Toko Ani. Karuan saja nama Toko Ani menjadi semakin terkenal di dunia maya.
KOMENTAR