TIPTOP Total Retro
Kedai es krim TipTop di Jl Pangeran Mangkubumi, Yogyakarta ini telah renta. Namun, tak pernah kehilanan pesonanya sejak dijajakan pada 1936. Wajar, jika kedai itu menyimpan berjuta kenangan bagi para pembelinya. Para oma-opa yang kala itu masih pacaran sambil menikmati legitnya es krim, sebagian masih datang lagi mengajak anak, cucu atau cicitnya menyantap es krim ditemani lapis Surabaya, snack andalannya.
Ketika Indonesia merdeka, Lukas segera membuka kedai es krim di Jalan Mangkubumi. Es krim adalah hidangan mewah kala itu sebab sebelumnya hanya dikenal dan disantap orang Italia dan Belanda. "Resep es krim TipTop memang tradisional, asli dari leluhur Eyang saya. Sejak kedai ini dibuka, penggemarnya banyak sekali. Rata-rata kalangan menengah ke atas. Kami membuat es krim berbahan baku susu sapi yang dibeli dari perusahan susu sapi di Kaliurang. Sampai sekarang perusahaan susu itu juga masih ada. Kami masih bekerjasama."
Ada tujuh menu utama es krim TipTop dengan tujuh rasa yang hingga kini tetap dipertahankan. "Ketujuh menu itu semuanya dibuat dari susu segar tanpa pengawet. Gulanya gula pasir asli. Menu spesialnya bernama Es Cream TipTop. Karena enggak pakai pengawet, jadi cepat meleleh kalau tidak segera disantap. Itulah keistimewaan es krim kami. Pernah kami kedatangan orang Indonnesia yang telah lama tingggal di Italia. Saat menciicipi es krim kami, dia bilang rasanya persis seperti es krim di Italia," ujar Mike penuh kebanggaan.
Untuk menyelaraskan dengan lidah anak muda sekarang, Mike memodifikasi menu es krim campuran dari tujuh rasa utama tadi dengan buah-buahan segar. Hasilnya, menjadi 35 rasa. Andalannya antara lain Banana Split, perpaduan pisang cavendis, cokelat dan es krim. "Ada juga Fosco, Cassatta, Vanilla Float, Strawberry dan Kopyor."
Selain menu es krim yang abadi, Mike tak segan menunjukkan alat pembuat atau pemutar es krim yang difungsikan sejak 1950 yang dibeli Eyangnya.
"Sejak digunakan pertama kali, alat itu belum pernah rusak. Kami selalu memeliharanya dengan baik. Waktu itu Eyang membeli dua alat sekaligus. Maksudnya buat serep. Tapi rupanya satu saja belum pernah rusak. Jadi serepnya sejak 1950 sampai sekarang masih tersimpan rapi dalam kardusnya. Selain mesin pemutar, alat tertua di sini adalah showcase untuk menyimpan es krim yang siap jual."
Untuk menemani legitnya es krim, sejak awal kedainya menjual pula lapis Surabaya, pastel dan risoles. Baik es krim maupun kudapan tadi sama-sama digemari. Salah satu penggemarnya adalah Sultan HB X dan permaisuri GKR. Hemas. "Kadang Ngarsadalem datang bersama ajudan saja. Selain menikmati es di tempat, ada juga yang dibawa pulang. Bayarnya kontan, lho. Beliau selalu datang seperti orang kebanyakan, kok. Kami pun melayaninya seperti pembeli lain. Semua pembeli bagi kami istimewa," tegas Mike.
Begitu bangganya Mike pada usaha keluarganya, ia rela mentato dua tangannya. Tangan kanan ada tato wajah neneknya. Sedangkan sebelah kirinya tato bertuliskan TipTop lengkap dengan ornamennya.
RINI SULISTYATI / bersambung
KOMENTAR