Ia juga bertutur, sejak 15 tahun silam memiliki perilaku menyimpang itu dan "baru" dua tahun belakangan mencari korban anak kecil. Pengakuan Man memang luar biasa mencengangkan, kendati yang bersangkutan menceritakan segala tingkah polahnya dengan nada datar, seperti tak ada yang istimewa dari kisahnya.
Untuk memancing korban ciliknya, penjual bakso ini memberi iming-iming berupa semangkuk bakso dagangannya plus uang Rp 3.000 hingga Rp 5.000. Perbuatannya bukan tak pernah terbongkar. Beberapa tahun silam, seorang murid lelaki mengadu kepada orangtuanya mengenai perlakuan Man kepadanya. Ketika itu, Man masih bekerja sebagai tukang kebun di sekolah tersebut. Setelah melaporkan hal itu ke sekolah, Man dipecat. Toh, Man tak kapok. Ia berjualan bakso di sekolah-sekolah sambil terus mencari mangsa baru. Begitu mangsa didapat, segera dibawanya ke rumah kontrakannya di daerah Tandes. "Istri dan anak-anak saya tidak pernah tahu karena saya selalu melakukannya saat mereka sekolah. Kadang saya juga melakukannya di WC sekolah," ungkap Man.
Pada polisi, Man mengaku pernah disodomi saat masih kecil. Mungkinkah karena itu ia jadi terpengaruh? Entahlah. Ada pula yang berasumsi, ia melakukan hal buruk itu karena belajar ilmu tertentu. "Biar jualan baksonya laku." Apa pun alasannya, Man tak bisa lari lagi dari hukuman 15 tahun penjara yang kini mengincarnya.
Man tertangkap setelah Zainul, tetangganya, curiga melihat seorang anak lelaki bernama Tok (11), keluar dari kamar kos Man di Tandes Kidul. Curiga, Zainul kemudian melaporkan ke ayah Tok. Lemaslah sang ayah ketika anaknya mengaku habis disodomi Man. Pada ayahnya, Tok bercerita, sepulang sekolah ia melintas di depan kos Man yang kemudian memanggilnya masuk. Di kamar, Tok dipaksa membuka celana dalamnya lalu "dikerjai" Man. Kini, berakhirlah petualangan Man berburu bocah lelaki setelah ayah Tok melaporkannya ke polisi.
Gandhi
KOMENTAR