Dengan keluarga besar Yana, "Mereka sering ribut karena persoalan air. Di depan rumah mereka ada got kecil, dalamnya paling sekitar 3 cm dan lebarnya 10 cm. Kalau cucian yang kami jemur airnya mengalir ke situ, mereka marah. Alasannya, nanti bau dan sebagainya. Padahal, yang mengalir juga cuma sedikit," tutur Yani gemas. Gara-gara urusan air pula, lanjut Yani, Supriyanto pernah mengatakan ingin membunuh kerabat Yani yang tinggal di rumah itu.
Akan halnya Yana, kini ia masih terbaring lemah di UGD RSCM. Menurut Yani, kembarannya itu mengalami bengkak di mata karena sempat ditonjok Supriyanto, luka bacok di wajah, kepala bagian belakang, bagian pundak, dan tangan kanannya putus. "Ajaibnya, meski didiamkan tanpa diselamatkan selama setengah jam, Yana masih kuat. Padahal darah yang keluar sangat banyak," kisah Yani. Tangan Yana pun masih bisa disambung. Rabu malam, Yana yang sudah menghabiskan lebih dari 1.000 cc pasokan darah, dioperasi selama sembilan jam untuk menyambung tangan dan menjahit luka-lukanya.
Yani yakin, Supriyanto sengaja hendak mencelakai Yana. "Kalau tidak, buat apa dia bawa-bawa golok. Kalau dia mengaku hanya untuk menakut-nakuti, bohong! Apalagi, katanya dia sudah menyiapkan golok itu sejak seminggu yang lalu. Setelah pembacokan itu, dia sempat datang ke rumah kami dan menyuruh semua penghuni keluar untuk berhadapan dengannya, padahal yang ada hanya anak-anak," kisah Yani dengan nada tinggi.
Sekarang, lanjut Yani, tiga anak Yana terlantar, karena suami Yana harus bolak-balik rumah sakit dan bekerja. "Danu sampai menangis, minta ibunya jangan meninggal dulu. Katanya, suruh menunggu sampai dia besar. Kan, kasihan. Makanya, Supriyanto harus dihukum seberat-beratnya!"
HASUNA DAYLAILATU/bersambung
KOMENTAR