Sungguh nahas nasib Yuliana (33) alias Yana. Warga Keluarahan Wijaya Kusuma, Jakarta Barat ini, terpaksa dilarikan ke rumah sakit setelah dibacok Supriyanto (59), tetangganya (Rabu, 7/4). Celakanya, sebetulnya Yuliana tak punya masalah langsung dengan Supriyanto.
Persoalan bermula ketika siang sebelum kejadian, anak kembar Yana, Danu dan Dani (7), bertengkar di depan warung Supriyanto. Kebetulan, Supriyanto bertetangga dengan Yuliani (33) atau Yani, kembaran Yana. Yana dan anak-anaknya memang sering mampir ke rumah kembarannya yang ditempati keluarga besarnya itu. Tuati (60), istri Supriyanto, yang saat itu sedang menjaga warung, memarahi si kembar. "Katanya, mereka berisik lalu dimarahi habis-habisan. Tuati memang tidak suka anak-anak," ujar Yani.
Yani menuturkan, dari jendela kamar yang berseberangan dengan warung, Yana menyaksikan anak kembarnya itu diomeli Tuati. Yana pun merasa gerah melihat hal itu. "Kalau berani, sama saya, jangan sama anak kecil!" seru Yana kepada Tuati. Ia lalu menyuruh anak kembarnya masuk ke rumah Yani.
Yana dan Tuati sempat adu mulut. "Setelah itu, Yana pikir urusan sudah selesai," kisah Yani. Nah, usai Yana mencuci dan ingin membeli cairan pengharum pakaian ke warung yang tak jauh dari rumahnya, "Tiba-tiba Supriyanto mengejar Yana dari belakang sambil mengacung-acungkan goloknya." Belakangan diketahui, rupanya Tuati melaporkan peristiwa cekcok itu ke suaminya yang lalu naik darah. "Tak lama setelah cekcok itu, pintu depan dan belakang ditutup. Mungkin di dalam dia mengasah goloknya," ujar Yani.
Ketika itu, Yana sudah sampai di warung milik Iis (20). Dia pun terkejut ketika melihat ada lelaki mengejar Yana sambil mengacung-acungkan benda di tangannya. Takut dan panik, Iis langsung membawa masuk anak bungsunya yang sedang ia gendong. "Saya baru sadar, ternyata yang diacung-acungkan Pak Pri (Supriyanto, Red.) golok. Tadinya saya pikir balok." Bersama suami dan ibunya, Iis berusaha melerai Yana dan Supriyanto.
Mengira keadaan sudah aman, Iis menuju ke arah tempat persewaan play station, tak jauh dari rumahnya. "Tiba-tiba saya dengar suara 'kletuk'. Waktu saya menoleh, Pak Pri sedang mencabut goloknya dari kepala Kak Yana. Kak Yana jatuh, saya membuang muka karena enggak tega melihatnya," ujar Iis. Apalagi, seperti diakuinya, ia sempat mendengar ada beberapa suara bacokan lagi. "Waktu saya lihat lagi, tangan Kak Yana sudah putus dibacok Pak Pri. Saya sampai gemetar saking syok. Bayangkan, Pak Pri membacok di depan anak-anak saya. Cepat-cepat kami tutup warung. Di dalam, saya, suami, dan ibu saya pucat, lemas."
Yang mengenaskan, saat itu Yana yang sudah bergelimang darah, melambaikan tangannya minta tolong. "Tapi kami enggak ada yang berani dekat-dekat. Maklum, isi kampung cuma perempuan semua, suaminya lagi pada kerja," kisah Iis. Apalagi, "Pak Pri mengancam akan membacok siapa saja yang berani mendekat untuk menyelamatkan Kak Yana." Iis pun tak habis pikir karena, "Pak Pri seperti sengaja menunggui Yana di tempat kejadian sekitar setengah jam. Entah kenapa."
Belakangan, Ketua RT di lokasi, Warsono (59), datang dan melapor ke polisi. Waktu polisi datang, Supriyanto sedang mengacung-acungkan goloknya. "Setelah diacungi pistol, barulah dia mau menyerah dan dibawa ke kantor polisi," tutur Warsono sambil menambahkan, Tuati kini diamankan ke rumah kerabatnya di Tanjung Priuk. Sementara itu, Yana segera dilarikan ke rumah sakit.
Akibat peristiwa itu, banyak warga yang emosi dan sepakat melarang pasangan suami-istri ini tinggal di lingkungan itu lagi. Sebab, menurut pria paruh baya ini, Tuati dan Supriyanto memang sering membuat keributan dengan banyak warga kampung itu.
Dengan keluarga besar Yana, "Mereka sering ribut karena persoalan air. Di depan rumah mereka ada got kecil, dalamnya paling sekitar 3 cm dan lebarnya 10 cm. Kalau cucian yang kami jemur airnya mengalir ke situ, mereka marah. Alasannya, nanti bau dan sebagainya. Padahal, yang mengalir juga cuma sedikit," tutur Yani gemas. Gara-gara urusan air pula, lanjut Yani, Supriyanto pernah mengatakan ingin membunuh kerabat Yani yang tinggal di rumah itu.
Akan halnya Yana, kini ia masih terbaring lemah di UGD RSCM. Menurut Yani, kembarannya itu mengalami bengkak di mata karena sempat ditonjok Supriyanto, luka bacok di wajah, kepala bagian belakang, bagian pundak, dan tangan kanannya putus. "Ajaibnya, meski didiamkan tanpa diselamatkan selama setengah jam, Yana masih kuat. Padahal darah yang keluar sangat banyak," kisah Yani. Tangan Yana pun masih bisa disambung. Rabu malam, Yana yang sudah menghabiskan lebih dari 1.000 cc pasokan darah, dioperasi selama sembilan jam untuk menyambung tangan dan menjahit luka-lukanya.
Yani yakin, Supriyanto sengaja hendak mencelakai Yana. "Kalau tidak, buat apa dia bawa-bawa golok. Kalau dia mengaku hanya untuk menakut-nakuti, bohong! Apalagi, katanya dia sudah menyiapkan golok itu sejak seminggu yang lalu. Setelah pembacokan itu, dia sempat datang ke rumah kami dan menyuruh semua penghuni keluar untuk berhadapan dengannya, padahal yang ada hanya anak-anak," kisah Yani dengan nada tinggi.
Sekarang, lanjut Yani, tiga anak Yana terlantar, karena suami Yana harus bolak-balik rumah sakit dan bekerja. "Danu sampai menangis, minta ibunya jangan meninggal dulu. Katanya, suruh menunggu sampai dia besar. Kan, kasihan. Makanya, Supriyanto harus dihukum seberat-beratnya!"
HASUNA DAYLAILATU/bersambung
KOMENTAR