Lama tak terdengar kabarnya, penyanyi legendaris Mus Mulyadi (65) muncul di depan publik dengan kedua penglihatannya yang tak berfungsi lagi. Kepada NOVA, Mus mengaku takut dilupakan dan ditinggalkan penggemarnya, bahkan Natal tahun lalu, ia nyaris bunuh diri.
Aku terdeteksi memiliki kadar gula yang tinggi sejak 1982. Sebelumnya, aku tidak melihat tanda-tanda itu. Suatu kali, badanku lemas, lalu pingsan. Istriku, Helen Sparingga membawaku ke dokter. Nah, dari sanalah baru ketahuan jika kadar gulaku tinggi sekali. Bandel, semua peringatan dan nasihat dokter kuabaikan. Aku tetap makan nasi dalam jumlah banyak. Lauk kesukaanku pun macam-macam. Hanya minuman keras yang tidak aku tenggak. Kebetulan aku tak punya hobi begadang sambil minum-minuman beralkohol. Mungkin hal terakhir itulah yang "menyelamatkan" vokalku hingga kini.
Saat pertama kali tahu kadar gula darahku tinggi, aktivitasku sebagai penyanyi masih padat. Tak hanya kerap show di dalam negeri, aku juga bolak-balik diundang menyanyi ke Suriname. Setelah show biasanya aku diajak ke London, Belanda, atau negara-negara lainnya. Makanya itu, sayang, kan, kalau makan saja dibatasi?
Sepuluh tahun berlalu. Dengan pola makan yang berantakan itulah kadar gula darahku ternyata memasuki tahap yang parah dan mulai memperluas komplikasi ke mata kananku. Sedikit demi sedikit penglihatanku meredup. Awalnya, kupikir ini gangguan mata saja. Jadi aku ganti kacamata untuk membaca. Berkali-kali sudah ganti kacamata, tapi tak menyelesaikan masalah. Tapi aku diam saja, tidak bilang ke istri. Aku tidak mau merepotkan dia yang saat itu juga masih aktif menyanyi.
Aku semakin curiga ketika penglihatan kananku terasa semakin redup dan sakit. Aku kembali periksa ke rumah sakit. Akhirnya aku menyerah dan taat minum obat. Tapi setelah membaik, lagi-lagi, aku tidak disiplin dengan pola makanku. Obat pun kutinggalkan.
Puncaknya, sekitar tahun 2004, kadar gula darahku sempat mencapai di atas 460 mg/dl. Aku benar-benar syok dibuatnya. Dokter menyarankan agar aku melakukan operasi supaya penglihatan sebelah kanan bisa maksimal lagi. Sebab saat itu fungsinya tinggal sekitar 16 persen saja. Parah, kan?
Pada September 2009 aku dioperasi untuk memulihkan penglihatan mata kanan. Aku bersyukur, setelah dioperasi penglihatanku berfungsi lagi. Bukan main gembiranya bisa melihat istri dan anakku lagi. Aku pun pulang ke rumah.
Aturannya, sepulang dari rumah sakit, aku rutin periksa ke dokter dan menjaga pola makan. Tapi kupikir, sudah bisa melihat kenapa harus periksa ke dokter lagi? Sekali lagi aku tidak memenuhi aturan dokter. Ternyata lama-lama mata kanan kembali meredup. Saat itu, aku masih punya harapan karena mata sebelah kiri masih bisa untuk melihat. Tapi, siapa sangka pada Desember 2009 lalu, penglihatan sebelah kiri juga meredup dan lama-lama tak bisa melihat sama sekali hingga kini!
Takut Ditinggal Penggemar
Bagaimana perasaanku ketika dua mataku tak bisa melihat sama sekali? Tentu saja syok bukan kepalang. Selama empat hari aku merasa marah kepada diriku sendiri. Merasa tak berguna. Aku semakin terpukul ketika pada Hari Natal lalu, anak-anak dan cucu-cucuku yang bermukim di Australia datang. Aku tak bisa lagi bermain bersama cucuku yang berumur 5 tahun. Padahal, biasanya tiap kami ketemu, aku suka main gitar untuknya, lalu ia yang menabuh drum. Aku sedih sekali.
KOMENTAR