Di tempat tidur yang sama saat Putra diculik, Murtanti mendekap erat bayinya. Selama buah hatinya bersama Edi Sugiono (41) raib 14 jam setelah dilahirkan, tak sekali pun Murtanti meninggalkan Ruang Cempaka, Puskesmas Kembangan, Jakarta Barat. Senyum bahagia terus mengembang di bibir Murtanti.
Tak terbayang sebelumnya, kelahiran putra pertamanya bersama Edi menorehkan sejarah tersendiri. Dulu, atas pertimbangan biaya, Murtanti memilih Puskesmas Kembangan untuk konsultasi kehamilan dan persalinan. "Kalau melahirkan secara normal, ongkosnya Rp 300 ribu," kata Rahma (23), adik Murtanti. Akhirnya, lahirlah bayi lelaki dengan berat 3,2 kg dan panjang 49 cm. Karena mengalami pendarahan, Murtanti sempat dipisahkan dari bayinya selama beberapa jam. "Hari itu saya jaga seharian lalu digantikan adik saya, Lestari alias Tari (25)," lanjut Rahma.
Nah, ketika giliran Tari menjaga, sekitar jam 18.00, seorang perempuan bermasker hijau memakai baju merah hati, celana, dan jilbab hitam, memasuki ruang. Ia beraksi seolah bidan. "Dia tanya, bayinya apa. Saya jawab, laki-laki," papar Tari.
Si bidan kemudian melepas maskernya dan menutup tirai pemisah antara tempat tidur Murtanti dengan tempat tidur pasien sebelah. "Katanya, bayinya mau diimunisasi dulu. Saya bilang, bayi kakak saya sudah diimunisasi. Kata si bidan, imunisasi yang lain sekaligus tes darah karena yang sudah tes darah baru ibunya, anaknya belum."
Tanpa curiga, Murtanti menyerahkan bayinya. Setelah satu jam berlalu, Murtanti mulai was-was. Dia meminta Tari menanyakan ke bidan jaga, kenapa bayinya belum juga dikembalikan. "Karena enggak ada yang mengaku membawa bayi kakak saya, saya minta langsung lapor polisi saja. Tapi mereka bilang mau mencari dulu," ujar Tari. Setelah mencari namun tak kunjung menemukan sang bayi, Tari langsung menuju Polsek Kembangan untuk membuat laporan. "Jujur saja kami tidak curiga karena hari Jumat memang ada bidan yang pakai baju bebas," tambahnya.
Cuti Melahirkan
Belakangan diketahui, si bidan itu bernama Sur (25). Sore itu, entah mengapa, pikiran jahat tiba-tiba terbersit di benaknya. Keinginannya memiliki anak setelah menikah selama tiga tahun agaknya sudah tak dapat dibendung lagi. Setelah berpura-pura hamil pasca-keguguran Agustus 2009 lalu, Sur berusaha mencari anak untuk diadopsi. Ia sempat dijanjikan bayi oleh seseorang, tapi ternyata gagal. Kesedihannya semakin bertambah setiap melihat orang membeli peralatan bayi. Alhasil, ia seperti gelap mata, memutuskan mengambil bayi dari Puskesmas tempatnya bekerja.
Jumat itu, ia datang ke Puskesmas Kembangan dengan dalih ingin main sambil membawa guling yang dibungkus selimut menyerupai bayi. Berhubung sudah lama bekerja di Puskesmas itu, tak satu pun orang curiga. "Apalagi waktu itu magrib, Puskesmas sepi karena banyak orang yang siap-siap mau salat," kata seorang petugas Puskesmas yang enggan disebut namanya.
Saat Sur meninggalkan Puskesmas, tak ada orang yang curiga. Menurut saksi mata, ia pergi dibonceng pengendara motor yang sudah menunggunya lalu melanjutkan perjalanan dengan taksi. Ketika itu, diam-diam Sur sudah membawa bayi Murtanti.
Sesampainya di rumah bersama bayi yang kemudian diberinya nama Arka Rahman, Sur langsung memberitahu keluarga bahwa ia baru saja melahirkan. Keluarga dan tetangga sama sekali tak curiga. Apalagi tubuhnya memang gemuk, mirip orang sedang hamil, bahkan Desember silam ia mulai cuti untuk melahirkan. Kabar gembira itu juga disampaikannya ke rekan-rekan kerjanya di Puskesmas.
Sita Dewi
KOMENTAR