Dedi Suhendi perwakilan restoran, mengatakan diawal peresmiannya, restoran ini bernama Gili-Gili yang berarti pematang sawah. Namun kemudian berubah nama menjadi De' Leuit yang berarti lumbung padi dalam bahasa Sunda. "De itu bahasa Perancis dan Leuit itu bahasa Sunda," jelas Dedi.
Konsep etnik tertuang dalam desain tata ruang, furniture dan tambahan kolam ikan yang ternyata ampuh meningkatkan nuansa alami di restoran ini. Tak heran jika kemudian De'Leuit menyedot banyak pelanggan, terlebih di akhir pekan.
"Kalau tidak pesan tempat, harus rela menunggu," tutur Dedi yang meski mengedepankan konsep, tak lupa memperhatikan kualitas rasa. "Sesuai dengan jargon kami, Nasi Jambal menjadi menu andalan. Sebenarnya memang enggak umum restoran menjual nasi jambal, karena biasanya makanan ini adalah makanan rumahan yang umum," katanya.
Hmm, wangi ikan jambal bercampur nasi hangat amat menggugah selera. Belum lagi lauk Ayam Goreng Bogor, Sambal Terasi, Bakwan Jagung, Oncom, Tahu, Tempe Goreng serta sambal dan lalapan segar. Secepat datangnya makanan, secepat kilat pula kami menandaskannya.
Untunglah masih ada sedikit rongga di perut untuk menuntaskan Es Goyobod. Tak salah memang kami memilih makanan penutup ini. Perpaduan rasa kelapa yang diblender kasar dengan topping es krim vanila menciptakan improvisasi rasa yang hebat.
Edwin Yusman F.
KOMENTAR