Setiap kali ayahnya sedang tidak terbang, pasti menemani Teeza ke Curug untuk menjalani berbagai macam tes. Kebetulan, suamiku alumni STPI Curug. Setelah melalui berbagai tahap, Teeza resah menunggu surat pemberitahuan dari Curug. Ia makin gelisah ketika tahu ada yang sudah menerima pemberitahuan kelulusan sementara ia belum.
Ketika akhirnya surat itu tiba, Teeza dinyatakan sebagai satu dari 25 orang yang lulus. Tak bisa kugambarkan betapa bahagianya anakku kala itu. Tahun 2005 ia resmi menjadi Taruna STPI angkatan 59. Tiap hari, yang dilakukannya hanya menghitung hari hingga ia masuk asrama. Lucunya, Teeza menempati kamar asrama yang sama dengan yang dihuni Romrom. Kata temannya, Teeza sampai menempelkan kepala ke dinding sambil berkata, "Mudah-mudahan otak bapak gue ketinggalan." Ha ha ha... Teeza memang sangat mengidolakan Romrom-nya.
Dua tahun berselang, anakku lulus. Oleh karena ikatan dinas, ia pun harus menjalani dua tahun kerja sebagai instruktur di STPI sebelum diperbolehkan "ngompreng". Itu istilah jika mereka ingin menyambi sebagai pilot pesawat komersial. Tahun 2009, ia diterima di dua perusahaan penerbangan, Garuda Indonesia dan AirAsia. Aku dan Romrom berusaha memengaruhinya untuk bergabung dengan Garuda Indonesia. Namun, untuk menjadi co-pilot saja ia harus menunggu enam hingga delapan bulan.
Dengan alasan tak mau terlalu lama menunggu, ia lalu memilih bergabung dengan AirAsia. Apalagi, nantinya ia bakal langsung jadi co-pilot pesawat jenis Airbus. Belakangan aku tahu, ia ingin segera menunjukkan kepada ayahnya, ia berhasil menjadi pilot pesawat komersial sebelum ayahnya pensiun terbang sebentar lagi.
Ah, kalau saja kecelakaan itu tak terjadi, Sabtu (24/4) akan menjadi hari pertamanya sebagai co-pilot di AirAsia. Adiknya, Tasha Ayudhya (24) yang bekerja sebagai pramugari di AirAsia, sudah diminta mendampingi di penerbangan perdananya. Ia pun sudah berpesan pada Tasha, "Nanti kamu temenin gue terbang ya, Dik. See you on board!," katanya waktu itu. Pedih bagiku karena hari itu tak pernah terjadi.
SITA DEWI / bersambung
KOMENTAR