Rumah kuno di Jalan Kerajinan I no 5, Jakarta itu tampak biasa. Seperti layaknya rumah di sekelilingnya. Namun begitu masuk, tampak ratusan item peralatan sulap yang terpajang rapi di rak kaca. Dari tempat ini bisnis sampingan Iwan Hendrawan berkembang hingga bisa membuka counter magic shop di Pondok Indah Mal dan Puri Mal, Jakarta.
Ayah dari Glenn (pesulap cilik, jawara The Master Junior, Red.) memang hobi main sulap sejak SMA. "Saya punya bisnis ini nyaris tanpa modal," begitu cerita karyawan perusahaan tas dan koper merek terkenal ini. Kok bisa? "Sudah hobi. Saya dulu sering beli alat-alat sulap. Kadang saya membeli beberapa, lalu sebagian saya jual lagi. Ini jadi keuntungan untuk membiayai hobi saya," sambung Iwan.
Lantaran hanya sebagai usaha sampingan, Iwan mengaku bisnis magic shop miliknya itu mengalir saja. "Belum ada niat membuka cabang lagi. Sebab enggak ada yang mengurus. Saya saja hanya punya waktu luang Sabtu dan Minggu untuk mengurus magic shop," kata Iwan yang mengambil barang dari distributor di Amerika. "Barang-barang kami kebanyakan memang dari Amerika. Tapi, ada juga yang buatan Cina. Cuma tidak kami pajang di situs, karena takut ketahuan dari distributor barang resminya. Jadi, kami jual lewat newsletter yang rutin kami kirim ke pelanggan."
Aneka barang sulap yang kini beredar di Indonesia kebanyakan memang produksi Amerika. Tapi, ada juga yang bajakan dari Cina. "Kalau mengambil barang dari Cina, biasanya cuma sekali ambil saja. Setelah barang terjual habis, tidak ambil lagi. Soalnya, barang dari sana harganya bisa berlainan karena pembuatannya tidak hanya satu pabrik." Ada pula barang "tembakan" lokal. "Ini barang yang dijual di lapak-lapak dan belinya secara grosiran."
Salah satu perintis magic shop di Indonesia mengakui saat ini banyak sekali "pemain" yang beradu untung di bisnis ini. Apalagi sejak beberapa teve menayangkan acara sulap. "Saat booming, omzet kami bisa 2-3 kali lipat. Hanya saja sejak akhir tahun lalu mulai menurun. Tapi, belakangan ini sedikit naik lagi," jelasnya.
Iwan sendiri tak gentar soal pesaing di bisnis serupa. "Saya memprediksi, satu-satu akan berguguran. Karena tak mudah mengelola bisnis ini. Apalagi yang tidak punya latar belakang pesulap," kata pria yang sudah 10 tahun menggeluti bisnis alat sulap.
Meski saat ini booming sulap belum muncul lagi, tapi Iwan tetap yakin bisnis ini masih punya masa depan. "Karena kalau orang sudah kenal sulap, ia akan kecanduan. Setelah beli ini, ia akan berpikir lagi, kapan beli barang lain. Saya yakin itu, karena saya dulu juga mengalaminya," tambah Iwan.
Saat ini jenis barang yang paling laku adalah untuk keperluan street magic. "Barangnya kecil-kecil dan cocok untuk para pemula." Selain itu, barang-barang untuk joke atau mengagetkan orang. Misalnya, ingus palsu, kuping palsu, atau alat pengambil darah. Seolah-olah begitu alat pengambil darah ini diperagakan, jarum akan masuk ke kulit (padahal tidak), dan begitu tuas ditarik, di tabung seperti ada darah.
Barang-barang ini, kata Iwan, amat mudah dioperasikan. "Dan biasanya paling laku dijual di mal. Soalnya, semua orang, bahkan anak-anak bisa melakukan atraksi," tambah Iwan yang menilai saat ini banyak anak-anak mulai tertarik main sulap.
"Dan itu sangat bangus untuk perkembangan jiwanya. Anak akan lebih pede untuk show di depan teman-temannya. Apalagi kalau ia berani tampil di muka umum. Meski sudah mahir memainkan satu trik, kan, belum tentu akan lancar saat ditonton banyak orang."
SUKRISNA
KOMENTAR