Bidan Husnul Santoso membenarkan bahwa warga berbondong-bondong mendatangi rumahnya sambil membawa si bayi. Saat diantar ke rumah bidan Husnul, bayi terlihat sangat sehat dan aktif meskipun sekujur tubuhnya terasa sangat dingin saat dipegang, dan tali pusarnya juga masih belum diputus.
"Saya lantas memutus langsung tali pusarnya dan memasukkan bayi ke dalam inkubator untuk menghangatkan tubuhnya agar kasus baby blue tak terjadi," kata Husnul.
Dari hasil visum luar, bidan Husnul Santoso tidak menemukan adanya luka memar maupun goresan di tubuh bayi. Detak jantung bayi laki-laki dengan berat 1,9 kg dan panjang 40 cm itu pun tak menunjukkan adanya kelainan.
"Setelah kami mandikan di klinik ini, bayi itu mampu menghabiskan susu yang saya buatkan. Hanya saja sekitar pukul 12.00 Wib, bayinya terlihat seakan tak bisa mengisap dot susu yang saya berikan," ulasnya.
Tak hanya itu, tubuh bayi tak kunjung menghangat karena diduga menderita hipotermia (kedinginan, Red) yang cukup serius setelah hampir 5 jam di dalam kakus.
Husnul memperkirakan, bayi sudah berada di dalam kakus lebih lama dari dugaan warga sebelumnya. Sehingga, saat diletakkan di dalam inkubator dengan tingkat kehangatan yang lebih tinggi, suhu badan bayi tetap dingin.
"Saya tak mau ambil risiko, sehingga pada siang hari langsung saya rujuk ke Rumah Sakit Saiful Anawar (RSSA) Malang," ujarnya.
Husnul diberitahu pihak RSSA bahwa untuk merujuk sang bayi agar mendapat perawatan dari RSSA Malang, maka diperlukan keluarga penjamin. Beruntung, pasangan suami istri Suwarno dan Sriyuarti, warga setempat yang tak memiliki anak, rela menjadi keluarga penjamin untuk bayi. Selain itu Suwarno ingin setelah anak itu sehat, mereka bisa langsung merawatnya.
"Saya ingin mengambilnya sebagai anak, karena di usia yang sudah tua ini, kami belum juga mendapatkan keturunan," harap Suwarno yang berusia 45 tahun.
rea/surya
KOMENTAR