Malang nian nasib seorang bocah laki-laki berusia dua tahun di Brasilia, Brasil. Gara-gara ayah tirinya memercayai ritual sesat, tubuhnya dipenuhi 42 jarum jahit berukuran 5 cm. Parahnya, jarum yang masuk ke dalam tubuhnya banyak tersebar dekat organ vitalnya seperti paru-paru dan jantung.
Kisah bermula saat ibu si balita, yang namanya dirahasiakan, membawanya ke sebuah rumah sakit di Ibotirama, 10 Desember lalu. Saat itu, si bocah mengeluh sakit di sekujur tubuhnya. Setelah pemeriksaan menggunakan sinar X-ray, betapa terkejutnya tim dokter ketika mengetahui banyak jarum jahit berada di dalam tubuh si bocah.
Ketika ditanya, ibu si bocah tidak tahu bagaimana jarum-jarum itu bisa masuk ke dalam tubuh putranya. Dokter dan pihak kepolisian menyimpulkan, tidak mungkin bocah itu menusukkan jarum ke dalam tubuhnya sendiri. Apalagi jarum-jarum tersebut juga ditemukan di dalam paru-paru, kaki kirinya, juga di seluruh perutnya.
Kecurigaan polisi mengarah pada ayah tiri si bocah, Roberto Carlos Magalhaes, 30. Awalnya, saat diinterogasi polisi, Senin (14/12), ia membantah. Namun, ketika didesak lebih lanjut dan ditahan, Rabu (16/12), Magalhaes mengakuinya.
Ia mengaku menusukkan 42 jarum melalui ritual yang dilakukannya selama sebulan bersama pacarnya, Angelina Ribeiro dos Santos. Magalhaes mengaku mendapat perintah melalui Angelina yang tengah kerasukan. "Magalhaes mengaku, di saat pacarnya kerasukan, ia mendapat perintah agar menusukkan jarum-jarum tersebut pada badan anak tirinya," terang Helder Fernandes Santana, Inspektur Polisi Brasilia, Jumat (18/12).
Angelina mendapatkan jarum-jarum itu dari wanita yang membuka praktik kepercayaan warga turunan Afrika-Brasil, Candomble. "Angelina berhasil meyakinkan Magalhaes, jika ia menusukkan jarum itu, mereka bisa bersama-sama selamanya," imbuh Santana.
Menurut Santana, Magalhaes melakukan ritual kejam itu satu bulan penuh. Dalam sekali ritual, ia bisa memasukkan beberapa jarum sekaligus. Kini Magalhaes dan Angelina telah ditangkap, meski masih harus menunggu tuduhan yang akan dijatuhkan pada mereka. Namun polisi yakin kedua pasangan itu bukan anggota kelompok keagamaan apapun. Diduga mereka memiliki ide tersebut atas pikiran mereka sendiri.
KOMENTAR