Sepanjang perjalanan menuju Surabaya, aku dan Richi tidak tahu akan berbuat atau berkata apa nanti di rumah sakit. Di pesawat, kami terdiam, menghindari pembicaraan soal Papa.
Di luar dugaan, di Surabaya kami disambut keluarga dengan baik. Aku ketemu Kak Intan, anak Papa dari istri kedua. Dia pernah tinggal satu rumah denganku semasa kecil dulu. Begitu berjumpa, kami langsung akrab. Juga ada Tante Abi yang fotonya banyak sekali di rumah. Tante Abi dulu suka mengajakku ke kebun binatang.
Saat kutemui di rumah sakit, Papa sudah tak bisa bicara. Dia menyambutku dengan bahasa tubuh. Kelihatannya dia senang berjumpa denganku dan Richi. Sayangnya, beberapa kali dia anfal. Aku takut dan berharap Papa jangan meninggal saat aku datang. Aku berdoa agar dia sembuh.
Anehnya, perasaan yang semula menganggap Papa sebagai orang asing, lenyap begitu saja. Aku enteng memegangi tangan Papa. Tubuhnya bersih dan wangi. Dia kuciumi. Aku lantas menceritakan soal keluargaku, soal anak-anak dan Mama yang tak bisa hadir.
(Secara terpisah, Siane Indriani, Direktur Pemberitaan Global TV, mengungkapkan kebahagiaannya telah menyambungkan hubungan Lia-Ucok. "Saya tidak pernah memaksa Lia menegok ayahnya. Sekadar mengingatkan saja. Ucok, kan, ayahnya. Meski hubungan kami dekat, tapi saya tidak menyampuri urusan pribadinya. Jadi, ketika diminta bantuan Ita, teman di Surabaya yang kebetulan dekat dengan Ucok, ya, saya teruskan ke Lia. Pada teman saya, Ucok mengaku, sepanjang hayatnya ingin bertemu dengan bidadari kecilnya yang tak lain adalah Lia. Lia kecil dulu suka menangis bila tengah menari diganggu Richi.")
Surprise Di Bandara
Perjumpaan dengan Papa, kuceritakan ke Mama setibanya kami di Jakarta. Mama sempat berkomentar soal kehebatan Papa yang baru saja menikah lagi. Mama lalu berkisah, dulu, setiap kali habis menikah lagi, foto dengan keluarga barunya selalu dikirim ke Mama. Tapi Mama dengan besar hati tak pernah sakit atau atau merobek foto-foto itu. Mama menyimpannya dengan rapi. Serapi Mama menyimpan video film-film Mama dan Papa.
Kini, Mama sudah punya kehidupan sendiri. Sejak tiga tahun lalu, Mama menikah lagi. Mama juga tak bisa datang ketika Papa meninggal Kamis (3/12) lalu. Pastinya Mama juga turut berduka. Aku dan Richi diantar Mbak Siane melayat ke Surabaya. Surprise-nya, setiba di Bandara, aku sudah ditunggu Jely Tobing dan teman-teman Papa. Mereka menyanyi lagu-lagu Papa yang belum pernah kudengar. Saat itulah aku baru merasa benar-benar sebagai anak musisi terkenal.
Kini, khalayak ramai, termasuk teman-teman kantorku, tahu bahwa aku anak Ucok Harahap. Engggak mengira, ada teman yang lebih muda mengaku nge-fans dengan papaku. Katanya, lagu-lagu Papa sering diputar ayahnya. Dari sanalah mereka tahu perihal papaku.
(Tamat)
Rini Sulistyati
KOMENTAR