Megawati boru Pardede jelas sedih. Bukan karena ia harus merawat empat cucunya yang lucu-lucu sepeninggal putrinya, Dermawan boru Manurung (30). Derma, sapaannya, langsung koma dan empat hari kemudian meninggal setelah berhasil melahirkan empat bayi kembarnya (Rabu, 29/9). "Setelah Derma meninggal, eh, ada orang yang mau mengambil cucu-cucu saya," kata Mega meradang.
Sebetulnya Mega sadar, orang yang mau mengambil empat cucunya itu adalah ayah kandung si kembar. Tumpak Siregar, suami mendiang Derma, berniat merawat bayi-bayinya. Masalahnya, "Di mata kami, dia sudah tidak ada. Itu karena ulah dia sendiri. Sejak Derma hamil empat bulan, Tumpak pergi. Alasannya dagang pakaian ke Jambi," jelas Mega yang mengakui hubungan Tumpak dan Derma sudah lama tak harmonis.
Ketika Tumpak pergi, dua anaknya dititipkan ke ayahnya yang rumahnya berjarak sekitar 8 Km. "Soalnya, saat itu Derma lagi hamil." Anehnya, bukan hanya Tumpak, hubungan Derma dan mertuanya juga jauh. "Tak pernah sekali pun mertuanya menanyakan bagaimana kondisi kehamilan anak saya. Makanya ia menderita sendiri."
Hari demi hari dilalui Derma seorang diri. Kehamilan pun makin membesar. Itulah yang membuat keluarga Mega khawatir. "Kan, enggak mungkin membiarkan wanita hamil hidup sendiri. Kalau ada apa-apa, siapa yang menolong?" Apalagi, saat diperiksa di puskesmas, bayi yang dikandung dipastikan kembar. "Cuma belum ketahuan, kembar dua atau tiga. Kata dokter puskesmas, Derma harus periksa ke RS Siborong-Borong." Di RS itu pun, tak diperoleh kepastian karena alat USG 4 dimensi hanya ada di Medan.
Masuk bulan keenam, kondisi Derma mulai melemah. "Sebelum dibawa ke Medan, harus tambah darah dulu. Saya yang mendonorkan darah," kata Mega saat berbincang khusus dengan tabloidnova.com. Mega langsung membawa Derma ke RS Pirngadi Medan. Di RS inilah Mega tahu, anaknya mengandung kembar empat! "Makin besar kandungan, kondisi Derma makin lemah. Bahkan, saat di RS Pirngadi, ia harus tambah darah sebanyak 7 kantong."
Saat membaca balasan SMS itu, "Anak saya terus menangis. Apa pantas dia itu dikatakan oleh suami? Istrinya sedang mengandung, tapi SMS yang dikirim justru sangat menyakitkan." Tak heran, tambah Mega, berkali-kali Derma berucap ingin meninggal setelah melahirkan. "Dia bilang, tak ada gunanya hidup. Saya yang mendengarnya saja sedih."
Entah karena tekanan batin atau apa, Derma mendadak sesak napas ketika kehamilannya masuk bulan ke delapan. Dokter juga menyarankan agar segera dioperasi. "Saya lalu mengabari Tumpak agar segera ke Medan. Pihak RS perlu tanda tangan persetujuan operasi. Tapi Tumpak tak mau datang. Alasannya, tak ada ongkos."
Alhasil, agar operasi berjalan lancar, pada RS Mega mengatakan, suami Derma sudah meninggal. "Biar saya dan suami saya yang menandatangani persetujuan operasi," kata Mega dengan wajah geram.
Debbi Safinaz / bersambung
KOMENTAR