Ento menunggui rumahnya surut sementara istri, anak dan cucu-cucunya telah mengungsi. Berprofesi sebagai kuli bangunan, Ento tidak bisa mendirikan rumahnya bertingkat dua. Oleh karenanya, Ento sudah pasrah harta dan rumahnya berantakan diacak-acak banjir.
"Baju hancur kena lumpur. Rumah berantakan, kacau. Lemari terbalik, piring-piring juga," ujar Ento di Gang Arus, Jakarta, Senin (13/1/2014).
Ento mengaku tidak sempat menyelamatkan harta-hartanya karena banjir datang begitu cepat. Lagi pula, kata dia, rumah dia yang hanya satu lantai, membuat dia tidak memiliki pilihan yang banyak.
"Yang penting nyawa. Istri keluar ikut anak anak di Kebon Pala (rumah anak)," kata Ento.
Walau sering dilanda banjir, Ento, mengaku tidak kecewa dengan pemerintahan DKI Jakarta. Menurutnya, mendirikan rumah di tepi sungai memang rawan banjir. Oleh karena itu, dia berharap pemerintah terus membenahi Kali Ciliwung agar banjit tidak separah saat ini.
"Kalau tuntas , nggak mungkin. Gitu aja harapannya. Namanya juga di pinggir kali," kata dia.
Ento menilai Pemda DKI di bawah arahan Jokowi terus melakukan pengerukan Kali Ciliwung dan sudah mencapai area Kampung Melayu.
Ento berharap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berkenan meninjau mereka. Ento mengaku cemburu karena Joko Widodo sering turun ke 'tetangga' mereka di Kampung Pulo, Jati Negara.
"Tengoklah warga di sini," pinta Ento yang memiliki cucu enam itu.
.
Eri Komar Tribun
KOMENTAR