Pemilik nama lengkap Ratu Tika Bravani (23) ini terjun ke dunia seni peran tanpa sengaja. Suatu ketika di tahun 2010, Tika diajak Senandung Nacita (pembaca berita SCTV yang juga anak aktor Deddy Mizwar) mengikuti casting film Alangkah Lucunya Negeri Ini (ALNI) yang disutradarai oleh Deddy Mizwar. Kebetulan Tika dan Nacita satu angkatan di ajang Abang None Jakarta 2009. "Nacita tahu aku suka teater. Sewaktu unjuk bakat di Abang None, aku sempat pentas monolog," cerita Tika yang menekuni teater sebatas ekskul semasa di SMP dan SMU.
Tika tak menyangka pada akhirnya ia lolos casting dan mendapat peran Pipit di film ALNI. Peran perdananya ini amat disyukurinya, meski sambil merendah Tika mengatakan, faktor keberuntungan telah menaunginya. "Kayaknya terpepet, deh. Aku dapat peran itu seminggu sebelum reading. Aku lihat dari foto-foto kandidatnya, pemeran Pipit itu sudah sebelas kali ganti, aku yang terakhir," ungkap Tika.
Saat persiapan syuting, Tika pun mendapati lawan main dan kru ALNI adalah orang-orang yang disegani di industri film Tanah Air. Seperti Reza Rahadian, Slamet Rahadjo, Tio Pakusadewo, dan cameraman Yudi Datau. "Saat reading satu meja dengan mereka, aku melihat semuanya hebat. Aku merasa kecil banget di situ," kisah Tika. Terus terang Tika mengaku grogi dan bingung. "Sistem kerja di film dengan teater berbeda. Di film emosinya terpotong-potong, karena kadang syuting melompat ke bagian ending-nya dulu. Untungnya Om Deddy ngajarin banget bagaimana mengelola emosi," ucap Tika.
Pilihan mengajak Tika terlibat di ALNI memang tak salah. Buktinya, di ajang Festival Film Indonesia 2010 Tika masuk nominasi Pemeran Utama wanita Terbaik. Sesuatu yang membanggakan bagi seorang pendatang baru seperti Tika. Dampak dari keberhasilan itu, Tika mulai ditawari sejumlah peran.
Namun Tika tak bisa memenuhi semuanya, lantaran prioritas utama Tika kala itu masih menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Paling, sesekali ia bermain untuk FTV yang dianggapnya tak terlalu menyita banyak waktu. Walaupun demikian, lewat FTV Pahala Terindah Tika berhasil menyabet Piala Vidia untuk kategori Pemeran Pembantu Wanita Terbaik FFI 2012.
Doa yang Terjawab
Pada Agustus lalu akhirnya TIka lulus jadi sarjana. Seiring makin longgarnya urusan kuliah, kiprah Tika di dunia akting menggeliat lagi. Dua film baru saja dilakoninya, Make Money dan Soekarno. Tika juga menjadi pemeran utama di sinetron Bidadari Bidadari Surga (BBS) yang tayang setiap hari di SCTV.
Terpilihnya Tika sebagai Fatmawati di Soekarno bisa menjadi unjuk kualitas baginya sebagai aktris. Tika mengibaratkan seperti pegolf yang melakukan hole in one saat didapuk sebagai tokoh Fatmawati di film yang dibesut sutradara Hanung Bramantyo itu. "Ya, ampun, senang banget. Pas dapat peran Fatmawati, kayak pegolf sekali pukul langsung masuk lubang," ucapnya sumringah.
Bagaimana tidak, proses untuk mendapatkan peran Fatmawati dinilai Tika cukup lama dan merepotkan. "Kira-kira hampir setahun prosesnya, dari pertama kali dikabari, casting, screen test," katanya lagi. Untuk mendapatkan kecocokan tokoh Fatmawati dengan sosok Soekarno, beberapa kali Tika harus memakai kebaya ala Fatmawati dan melakukan screen test dengan sejumlah kandidat Soekarno. "Kami dicocokkan di kamera. Suasananya pun diciptakan seperti di rumah Soekarno. Tapi aku enggak tahu kandidat Fatmawati yang lain siapa saja."
Dalam proses tes itu, tantangan terberat bagi Tika muncul dari diri sendiri. "Aku enggak mau berharap banget dapat peran ini sebetulnya, takutnya nanti malah kecewa. Lantas grogi. Makanya, saat itu aku cuek saja, yang penting enjoy," cerita Tika. Namun, dengan akting tanpa beban, Tika justru terpilih.
Di samping itu, Tika senang bisa bekerjasama dengan Hanung. "Aku senang melihat film Sang Pencerah yang disutradarainya. Pas nonton aku membatin, kapan, ya, bisa main di film biopic yang kolosal dan ber-setting zaman dulu. Soalnya aku merasa mukaku pas untuk wanita zaman dulu. Klasik. Akhirnya, doa itu terjawab tiga tahun kemudian," paparnya sambil tersenyum.
Untuk mendalami peran Fatmawati, Tika banyak belajar dari autobiografi Fatmawati dan bertukar pikiran dengan Hanung. Tika mendapati, Fatmawati adalah sosok perempuan desa yang tak sengaja masuk ke lingkaran politik, karena tak sengaja pula mengenal Soekarno. Dari situasi itu, Tika mendeskripsikan Fatmawati sebagai wanita polos dan tanpa beban menjadi tegas namun luwes.
Saat syuting yang paling berkesan bagi Tika, ketika pembacaan Proklamasi oleh Seokarno. Sepanjang syuting itu Tika merinding terus. "Seperti yang aku baca di buku sejarah, syuting itu dimuat mirip sekali. Fotonya (proklamasi di rumah di jalan Pegangsaan) dibikin persis dengan yang terlihat di kamera. Sampai letak kerudung Fatmawati pun dibuat serupa. Rumah tiruan di Pegangsaan juga dibuat persis satu banding satu," cerita Tika lagi. Sambil berseloroh Tika mengatakan, ia mungkin merinding terus karena para arwah saksi proklamasi itu hadir di lokasi syuting.
Namun Tika tak berani berekspetasi dari perannya sebagai Fatmawati. Ia cuma berharap, film Seokarno punya pengaruh baik untuk generasi muda.
Menyoal BBS yang kini menjadi salah satu unggulan sinetron SCTV, ini adalah sinetron stripping pertama bagi Tika. Sebelumnya, Tika pernah "berikrar" tak mau bermain sinetron kejar tayang. Namun pada akhirnya ia mau juga. Salah satu penyebabnya, lantaran tokoh Laisa yang diperankannya ia sukai sejak ia membaca novel (karya Tere Liye) dan menyaksikan filmnya (dimainkan oleh Nirina Zubir dan Nadine Chandrawinata).
"Aku suka tokoh Laisa yang pekerja keras dan pembela keluarga. Meski ke sininya jalan ceritanya jadi cinta-cintaan," ujar Tika yang demi menjadi Laisa rela menjadi jelek, kulit dihitamkan dan berambut keriting. Di samping suka Laisa, alasan Tika lainnya kini ia sudah tak kuliah dan mulai berorientasi pada uang. "Aku enggak munafik. Apa, sih, yang tidak lebih membahagiakan dengan melakukan yang kita senangi dan dibayar? Meskipun aku anggap ini sebagai hobi, bukan karier," aku Tika yang juga berterus terang butuh uang untuk mengobati mamanya yang menderita kanker.
Sayangnya, lantaran sudah terikat komitmen dengan BBS, Tika tak bisa menerima tawaran film lain yang datang. "Di BBS porsiku cukup banyak dan aku tak mau merusak kepercayaan yang sudah diberikan," kata Tika yang tak tahu kapan BBS akan usai, selama rating-nya bagus. "Kontrakku ditambah terus. Disyukuri saja apa yang ada."
Bicara ke depan, Tika kelak ingin mengaplikasikan pendidikannya dengan berbisnis. "Lama-lama, akting digabungkan dengan cari uang kadang jadi suka bertentangan dengan kepuasan batin," kilahnya. Obsesinya di dunia akting pun diakuinya tak ada. "Have fun saja. Enggak muluk-muluk, untuk cari pengalaman dan meluapkan emosi," tutup Tika.
Ahmad Tarmizi
KOMENTAR