Mengawali bergulirnya ajang Masterchef Indonesia musim ketiga (MI 3), sebanyak 60 peserta telah terpilih. Angka ini diperoleh setelah menyaring lebih dari 25 ribu pendaftar yang tersebar di berbagai kota di Tanah Air, seperi Yogyakarta, Manado, Denpasar, Bandung, dan Jakarta.
Para peserta yang berasal dari berbagai kota dan latar belakang berbeda ini berkumpul untuk menunjukkan bakat memasak mereka dan berjuang menjadi pemenang di MI 3. Berbeda dari musim sebelumnya, kehadiran para peserta MI 3 kali ini terlihat sangat bersemangat dan ambisius. Setidaknya itulah kesan yang ditangkap Chef Marinka yang masih menjadi salah satu juri MI 3.
"Dulu, ambisiusnya terlihat hanya di satu atau dua orang saja. Karena di pertengahan sudah ada yang mulai jenuh sehingga enggak konsentrasi lagi. Tapi sekarang saya lihat semuanya rata-rata sangat kompetitif tapi sehat, ya. Mungkin karena mereka juga research dari dua season sebelumnya, jadi sudah tahu dan terlatih. Karakter mereka banyak yang 'gila' juga. Menarik dan lebih berwarna," ungkapnya.
Selain karakter para peserta yang lebih kompleks, tahun ini kejutan besar MI 3 justru terletak di jajaran juri. Chef Juna Rorimpandey yang sudah bergabung sejak MI 1 memutuskan untuk tak lagi terlibat di MI 3. Sebagai gantinya, RCTI menunjuk Chef Arnold Poernomo.
Kehadiran Chef Arnold terbukti dapat memberikan nuansa yang berbeda. Sosok chef muda dan berbakat ini memberikan kesan fresh di MI 3. Kendati begitu, Chef Arnold dengan tegas menolak saat dibandingkan dengan sosok Chef Juna yang sepertinya sudah melekat dengan program MI.
"Saya enggak mau mencoba mengisi posisi Juna. Sebab Juna ya Juna, saya ya saya. Mungkin benar kalau orang Indonesia suka dengan yang galak, tapi saya enggak perlu marahin orang untuk membangun dia jadi lebih baik. Ada jalan, kok, untuk membangun orang. Intinya begini, try to be who you are, jadi saya enggak mungkin jadi Juna, karena Juna sudah ada," ungkap chef berusia 23 tahun ini.
Judes dan "Pedas"
Setali tiga uang dengan Arnold, Chef Degan dan Chef Marinka yang sudah terlebih dulu menjadi juri pun menilai karakter Juna dan Arnold jauh berbeda. "Saya kenal Arnold saat jadi bintang tamu MI 2. Dia ada di sini, karena setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Juna dengan karakternya yang galak tapi Arnold punya karakter lucu dan easy going. Dia lucu bukan berarti suka bercanda, tapi punya celetukan yang bikin kami tertawa meski dengan cara yang profesional. Dia juga bisa sangat galak dan nyelekit banget. Kadang kami enggak sangka ternyata muka boleh lucu tapi mulut sadis," ujar Chef Marinka.
"Suasana di antara juri tetap kompak, ya, tapi masih dengan karakter yang berbeda. Ya, namanya beda karakter otomatis punya penilaian yang berbeda juga. Tapi kami sangat profesional. It's more fun. Yang pasti bukan berarti Arnold enggak bisa tegas. Meski masih muda, dia bisa tegas," kata Chef Degan menambahkan.
Dengan pembawaan yang ramah dan wajah sumringah, bukan berarti Chef Arnold tak bisa berkomentar "pedas", seperti yang biasa dilakukan Chef Juna. Chef muda yang mengenal dunia kuliner karena ibunya seorang koki ini mengaku mulai tertarik bidang kuliner sejak berumur 10 tahun. Pengalamannya di bidang kuliner pun tak dapat diragukan lagi. Bahkan Chef Degan mengakui, talenta yang dimiliki Arnold sangat luar biasa.
Kata Chef Degan, "Chef Arnold cooking style-nya modern. Dia bisa membuat masakan Indonesia jadi sesuatu yang modern, sangat interesting dan menarik untuk dilihat. Sangat resfreshing. Really good."
"Di Indonesia pun saya belajar dengan Chef Degan dan tim lainnya mengenai masakan Indonesia. Kenapa saya mau belajar karena di Indonesia pakai rempah-rempah dan teknik masaknya juga berbeda. Kalau masakan luar, lebih fokus ke kualitas proteinnya," lanjut Chef Arnold.
Sayangnya, Chef Arnold tak akan tinggal lama-lama di Indonesia. Meski masih menjadi WNI namun ia akan kembali ke Sydney, Australia. "Saya kembali ke Indonesia hanya karena ada kontrak kerja. Setelah itu saya balik lagi ke Australia karena saya masih mau belajar di luar negeri. Jadi saya lihat jangka waktunya ke depan dulu."
Standar Tinggi
Memasuki musim ketiga, untuk soal peserta, para juri sudah menerapkan standar yang jauh lebih tinggi dari musim sebelumnya. Kemampuan masak yang biasa-biasa saja tentu tak bisa dijadikan jaminan. "Mereka (peserta) memang harus membuat masakan yang bisa bikin kami terkesan. Tapi tahun ini kami konsentrasinya memang lebih ke arah positif. Satu peserta bisa bagus tapi ada yang lebih bagus, dan ada yang terbaik. Jadi memang lebih untuk mengangkat mereka juga," ujar Chef Degan.
Soal cita rasa dan penampilan pun di musim ini akan tetap jadi prioritas. "Saat saya judging sebuah makanan, balik lagi ke pengalaman saya dan ekspektasi saya dari para kontestan, which is mereka adalah chef amatir bukan profesional. Kami sebagai juri, we are chef, tapi kami perlu menurunkan standar. Kami cari bagusnya di mana, bisa dikembangkan lagi atau tidak," tutup Chef Arnold.
Caroline A. Pramantie
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR