Hadir hampir setiap pagi di layar kaca, wajah cantiknya langsung menyita perhatian penonton. Senyum manis tak pernah lepas dari bibir mungilnya. Marissa lahir di Surabaya pada 29 Maret 1983. Masa kecil dilewatinya dengan berpindah-pindah kota mengikuti orangtuanya.
Marissa terlahir sebagai anak kedua dari 3 bersaudara. Sebagai anak tengah yang didampingi dua saudara lelaki kakak juga adik yang laki-laki, membuat Marissa menjadi sosok perempuan tomboi.
Sebagai anak perempuan satu-satunya, ternyata Marissa tidak mendapat perlakuan yang berbeda. Malah menurut Marissa, kedua orangtuanya lebih membebaninya dalam urusan rumah. Termasuk diwajibkan untuk membantu urusan rumah. Karena disiplin dan didikan orangtua itu pula, Marissa terbiasa mandiri.
Tidak seperti anak-anak pada umumnya yang begitu mudah untuk mendapatkan barang yang diinginkan, Marissa harus menabung terlebih dahulu bila ingin membeli suatu barang. "Saya bersyukur karena saat saya berusaha sendiri dan akhirnya dapat, rasanya, tuh, beda dibandingkan kalau saya minta," katanya.
Memasuki masa kuliah, Marissa memilih Universitas Atma Jaya jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Marissa sengaja memilih jurusan Bahasa karena memang sejak kecil ia sangat menyukai bahasa. Bahasa pertama yang ia pelajari adalah bahasa Inggris. Selanjutnya, ia mulai mempelajari bahasa Jepang, Prancis, Mandarin, dan Italia. "Saya cinta sekali sama bahasa dan buat saya menyerap bahasa itu sangat mudah."
Lulus S1 di tahun 2005, ia langsung menjadi guru Bahasa Inggris di salah satu lembaga bahasa di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Tak lama, Marissa pun memutuskan untuk meneruskan pendidikannya. Ia lantas mengambil S2 di University of Sydney, NSW, Australia, jurusan Jurnalistik. Berat pada awalnya, karena untuk pertama kalinya, Marissa harus hidup di negeri orang. "Kalau ayah, sih, enggak masalah karena buat Ayah. Yang penting saya belajar dengan baik dan pulang ke rumah menjadi anak yang baik. Paling ibu yang agak sulit karena saya dekat sekali dengannya."
Di sela perkuliahan, terutama di masa liburan, Marissa selalu kembali ke tanah air. Bahkan suatu waktu, ia sempat mengisi waktu selama 3 bulan dengan magang di majalah Indonesia Tatler. Dari sanalah, kecintaan Marissa pada dunia jurnalistik semakin bertambah. Setelah menyelesaikan S2 dan kembali ke Indonesia, Marissa sempat kembali ke Indonesia Tatler sebagai kontributor, hingga akhirnya pintu peluang bekerja di televisi terbuka untuknya.
Saat itu, Marissa harus melewati proses panjang sebelum bergabung dengan Metro TV. Ia harus terjun terlebih dulu ke lapangan sebagai seorang reporter. "Enggak nyangka, ternyata saat di Metro TV, saya bisa baik-baik saja bekerja di lapangan. Saya bisa melewati itu semua. Mulai masuk di Metro tahun 2008 dan selama 3 tahun saya menjadi reporter dulu," jelasnya. Ia pun terlanjur jatuh cinta dengan dunia barunya.
Saat ini, Marissa lebih banyak berada di studio untuk membawakan acara 8-11 Show bersama kedua temannya, Prabu Revolusi dan Tommy Tjokro. "Saya baru menjadi presenter full everyday itu di November 2010. Sebelumnya saya anchor di Metro Pagi dan Headline News. Di 8-11 Show, yang menarik adalah kemampuan improvisasi harus jalan terus. Walaupun ada hal-hal yang tak terduga terjadi, dan berhubung itu live, ya, sudah, itu natural. Saat ini konsentrasi saya benar-benar tertumpah ke acara ini karena butuh ide-ide segar setiap harinya."
Support Suami
KOMENTAR