Ditinjau dari sisi psikologis, kecenderungan sikap emosional bisa jadi karena pelaku ingin menunjukkan sikapnya, sekaligus menghalau ancaman yang dipikir ada di sekitarnya.
Untuk kasus pemukulan ataupun kekerasan yang dilakukan seorang suami terhadap istrinya, Roslina beranggapan, latar belakang keluarga bisa jadi salah satu faktor penyebab. "Bagaimana seseorang diasuh ketika kecil, pasti akan menentukan bagaimana dia di masa sekarang. Kalau memang dia menyaksikan kekerasan atau sering mendengar kata-kata kasar di waktu kecil, hal tersebut akan berpengaruh pada sifatnya ketika dewasa."
Selain latar belakang keluarga, pria juga kerap melakukan kekerasan dengan alasan ingin menunjukkan ia berkuasa atas istrinya. Dengan melakukan kekerasan, pria terkadang ingin membuat pasangannya takut dan lantas menuruti kehendaknya. "Selain itu, faktor dorongan agresifitas dari seorang lelaki juga pasti berbeda dengan perempuan. Apalagi, ketika agresifitas itu ditambah dengan beban-beban dan tekanan dari lingkungan, maka si pria akan merasa egonya terancam dan ia perlu pelampiasan untuk itu," kata Roslina.
Karena tingkat agresifitas yang tinggi pula, maka jalan diskusi dan berbicara terkadang menjadi tidak dimungkinkan bagi beberapa pria untuk menyelesaikan masalah. Termasuk permasalahan rumah tangga. "Kalau sudah begitu, masalah atau isu sekecil apa pun, pasti bisa memancing amarah yang dapat memicu tindak kekerasan. Semua disebabkan oleh kontrol diri yang rendah."
Merujuk ke kasus Pasha, "Agak rumit, ya? Soalnya, bagaimana pun juga, dia public figure." Imej baik hati, wajah tampan, santun, dan religius, sudah terlanjur menempel di sosok ayah tiga putra ini. Satu titik noda aib saja, langsung menjatuhkan imej yang selama ini sudah terbentuk.
Tapi, lanjut Roslina, "Bukan karena dia berwajah manis atau santun, lantas tidak bisa meledak. Ada beberapa orang yang memiliki kepribadian ekstrem. Artinya, di satu saat mereka bisa menjadi sangat baik, tapi di saat dan kondisi yang lain, dia bisa berubah menjadi sangat beringas," jelas Roslina.
YETTA
KOMENTAR