Sri Mundiah tidak menyangka uangnya senilai Rp 800 juta hilang akibat ditipu kenalannya di Facebook yang bernama Jenderal Hwande Paul. Pengusaha perempuan itu ditipu dengan cara dirayu oleh orang di balik akun Facebook Paul untuk mengirim sejumlah uang dengan dijanjikan bahwa ia bisa mendapat uang dollar yang lebih banyak lagi.
"Korban dengan tersangka membina hubungan via Facebook beberapa lama. Setelah itu, tersangka minta tolong dikirimi sejumlah uang untuk menghilangkan stempel PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) di uang dollar milik tersangka," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti, Minggu (6/9/2015) sore.
Dengan dalih membuat Sri lebih yakin, melalui Facebook, pengguna akun Paul meminta waktu untuk bertemu dan memperlihatkan satu koper berisi uang dollar AS yang masih disertai stempel PBB.
Permintaan itu diamini Sri. Pertemuan dilakukan di Apartemen Rasuna Said, Jakarta Selatan. Namun, bukan sosok Paul yang ditemui Sri, melainkan Gabriel, warga negara Nigeria yang mengaku sebagai tangan kanan Paul.
Baca juga: 7 Modus Penipuan Pengemis Berpenghasilan Tinggi
Di Facebook, sosok Paul ditampilkan sebagai salah satu tentara PBB yang merupakan orang berkulit putih dan warga negara Amerika Serikat.
Belakangan baru diketahui, pemilik akun Paul adalah Gabriel sendiri. "Di apartemen, korban diperlihatkan satu kotak tas berisi uang dollar yang masih ada stempel dari PBB. Setelah percaya, korban diminta mentransfer uang sebanyak yang diminta tersangka dengan alasan untuk menghilangkan stempel. Total yang ditransfer Rp 800 juta," tutur Krishna.
Setelah uang ditransfer, tidak ada kabar lagi dari Gabriel ataupun dari pengguna akun Facebook Paul. Sri yang merasa ditipu pun melapor ke Polda Metro Jaya pada 28 Agustus 2015 lalu. Dari penelusuran polisi, Gabriel berhasil dibekuk, dan kini ditahan di Polda Metro Jaya.
Berdasarkan pengakuan Gabriel, dia beraksi bersama satu orang yang kini masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) dengan inisial CE. "Satu tersangka lagi ada di Bali, masih dalam pengejaran kami," ujar Krishna.
Andri Donnal Putera / Kompas.com
KOMENTAR