Kisah Futicha Sirrulhayati Muna, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), yang meninggal usai wisuda, menyisakan duka mendalam bagi orangtua, saudara, dan teman-temannya.
Perempuan yang akrab disapa Icha itu semasa hidup dikenal ceria dan supel. Tak heran, pemakamannya di kampung halamannya di Dusun Kalibening, Desa Kalibening, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dibanjiri pelayat.
"Saya sempat terkejut, banyak sekali teman Icha yang menghadiri pemakamannya, Sabtu, 29 Agustus 2015 lalu. Kata teman-temannya, Icha memang sosok yang menyenangkan, tidak hanya teman satu angkatannya, bahkan semua angkatan dan dosen di fakultasnya mengenal anak saya," ungkap Sumarsana (52), ayah Icha, Jumat (11/9/2015).
Selain itu, menurut Sumarsana, anak sulungnya itu juga memiliki sifat terbuka. Icha tidak segan untuk bercerita apa pun dan bersenda gurau dengan ayah dan ibunya. Hal ini yang sempat membuat Sumarsana bertanya-tanya saat salah seorang dokter di RS Muntilan, Kabupaten Magelang, menyebut Icha sakit karena depresi.
Baca juga: Wisudawati dengan IPK 3,96 Itu Diantar Ayahnya dengan Becak
"Icha dibilang depresi oleh dokter. Saya sempat menanyakan hal itu ke anak saya, tapi dia bilang tidak demikian (depresi)," ucap Sumarsana yang berprofesi sebagai guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri Dukun.
Menurut Sumarsana, gadis kelahiran Magelang, 30 Agustus 1993, itu juga termasuk anak yang tekun. Icha tidak pernah mengambil cuti sehingga mampu merampungkan kuliahnya dalam kurun waktu 33 bulan atau empat tahun kurang tiga bulan. Bahkan, tugas skipsinya bisa diselesaikan dalam waktu 5 bulan 8 hari.
Icha mengikuti ujian tugas akhir pada 10 Juli 2015, dan mengikuti yudisium periode Juli 2015. Berkat ketekunannya, Icha bisa meraih predikat cum laude dengan IPK 3,65. "Dia sengaja ingin memberi kejutan kepada saya, kalau dia mampu lulus dengan cepat dan nilai yang memuaskan. Kami bangga. Sejak kecil, Icha itu bercita-cita ingin jadi dosen atau peneliti," tuturnya.
KOMENTAR