Mungkinkan terjadi keputihan pada bayi atau anak? Jawabannya ternyata bisa. Mengapa keputihan pada bayi bisa terjadi?
Keputihan adalah keluarnya cairan dari vagina. Cairan tersebut ada yang keluarnya normal, ada juga yang tidak normal. “Kalau yang normal biasanya keluarnya hanya saat menjelang datang bulan atau setelah haid. Tapi, pada saat haid selesai, maka keputihan pun akan berhenti keluar,” ujar dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG., dokter spesialis obstetri dan ginekologi Brawijaya Women and Children Hospital.
Sedangkan keputihan yang tidak normal biasanya disertai gejala. “Keluarnya pun bisa kapan saja bahkan terus-terusan. Selain itu, keluarnya pun disertai keluhan seperti bau, gatal, berwarna hijau atau kuning. Atau putih bergumpal seperti kapas atau tisu yang terkena air.”
Namun, keputihan pada bayi atau anak, akan berbeda penyebabnya. “Biasanya keputihan pada anak dan bayi disebabkan karena kondisi vagina yang lembap atau alergi. Lalu, kekebalan tubuh pada anak kecil dan bayi belum sempurna.”
Bayi gampang sekali terkena jamur candida. Infeksi candida bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan mulai dari keputihan, rasa gatal dan terbakar pada vagina yang biasa disebut dengan vaginitis. “Begitu juga pada bayi dan anak, karena sistem kekebalan tubuhnya yang belum bagus jadi gampang terkena jamur atau bakteri.”
Belum lagi banyak sekali aktivitas yang dilakukan anak-anak, namun mereka belum konsentrasi pada bagian kewanitaan. “Misalnya, karena aktivitas yang tinggi, olahraga dan lari-lari di sekolah, kadang memakai celana sampai dua buah sehingga keringat pun menumpuk. Setelah berkeringat banyak pun malas mengganti celana dalam.”
Ditambah lagi kalau di usia masih anak-anak atau pra-remaja, sudah mulai menggunakan panty liner. “Nah, kondisi yang lembap tersebut menjadi tempat yang paling enak untuk jamur hidup dan berkembang.”
Akibatnya, anak-anak mengalami keputihan. Bentuk keputihan pada anak kecil pun bisa sama seperti yang terjadi pada orang dewasa, yaitu bentuknya bergumpal.
“Keputihan pada bayi lebih jarang karena orangtua masih menggantikan celana atau popoknya. Namun, jika popok bayi lembap dan jarang diganti, jamur juga dapat tumbuh subur di sana.”
Noverita K. Waldan
KOMENTAR