Selain membangun komunitas pertanian, Rusunawa Pesakih juga memiliki berbagai kegiatan positif, mulai dari olahraga sampai kegiatan keagamaan. “Contohnya pengajian rutin malam Senin dan malam Jumat yang digelar bergantian dari blok ke blok. Kerja bakti juga rutin setiap akhir bulan untuk menjamin kebersihan lingkungan.”
Kembali Merintis Usaha
Seperti Rusunawa Pesakih, Rusunawa Jatinegara juga masih terus berbenah. Sudah lebih dari satu bulan, Rusunawa yang terdiri dari dua menara dengan 16 lantai itu dihuni oleh mantan warga Kampung Pulo. Lantai tiga hingga lantai 16 dijadikan tempat tinggal, sementara lantai satu dan dua digunakan sebagai musala, PAUD, Taman bermain, Posyandu, Food Court, lokasi niaga dan untuk kegiatan umum lainnya.
Desain bagunan Rusunawa ini minimalis, sederhana namun tetap terlihat mewah. Walau tidak ada perangkat pengatur suhu ruangan atau AC, setiap sudut bangunan terasa sejuk dan jauh dari pengap. Konsep rancang gedung ini sepertinya memang sengaja membuat sirkulasi udara segar mengalir dengan baik dan bebas.
Demi menambah dan menjamin rasa aman penghuninya, Rusunawa Jatinegara juga sudah dilengkapi dengan alarm asap yang akan segera memberi sinyal ketika terjadi kebakaran. Selain telah memberi pelatihan kepada penghuni, pemerintah juga menyiapkan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dibeberapa titik strategis.
Untuk bisa tinggal di tempat ini, warga dipungut biaya sebesar Rp300.000 setiap bulan. Biaya tersebut digunakan untuk Iuran Pengelolaan Lingkungan (IPL) seperti kebersihan dan keamanan, tidak termasuk listrik dan air. “Tapi kami masih diberi gratis selama 3 bulan, jadi sekarang belum bayar uang sewa,” ungkap Uming (59) penghuni menara B Rusunawa Jatinegara.
Serupa dengan Rusunawa Pesakih, setiap unit di Rusunawa ini memiliki dua kamar tidur, satu kamar mandi, satu ruang tamu yang juga lengkap dengan dapur dan tempat menjemur pakaian. Karena terhitung tinggi dan demi memudahkan penghuni beraktivitas, masing-masing menara di Rusunawa ini memiliki fasilitas lift penumpang dan barang.
Karena masih baru, Uming, ayah lima anak, merasa butuh waktu untuk beradaptasi dengan tempat tinggal barunya. “Beda sekali dengan rumah saya dahulu, belum lagi ada sedikit perasaan was-was tinggal di gedung bertingkat seperti ini. Selain itu, karena harus diundi saya enggak bisa tinggal berdekatan dengan anak saya yang kemarin dapat undian di tower A,” terang kakek empat cucu itu.
Di tempat ini, Uming merintis usaha baru demi menghidupi keluarganya. “Dulu saya punya warung kopi. Sekarang saya dan istri membuka warung kecil-kecilan. Lumayan ada penghasilan walau sedikit. Saat ini belum ada kegiatan lain, belum tahu juga mau bikin apa selain dagang seperti ini,” tukas Uming yang berharap ada peluang usaha lain guna meningkatkan perekonomian keluarganya.
Edwin F. Yusman
KOMENTAR