Bagaimana dengan klinik ponsel Anda?
Klinik terus berkembang. Saya kemudian memberanikan diri membuka usaha di Plaza Grand Palladium, Medan. Tahun 2009, saya rekrut beberapa karyawan untuk klinik ponsel saya. Jika target awal membuka klinik ponsel adalah untuk memperbaiki ponsel yang rusak, lama kelamaan berkembang ke arah pelatihan sumber daya manusia (SDM) yang mampu memperbaiki kerusakan ponsel tersebut. Kita buka kelas pelatihan untuk yang mau belajar.
Tahun 2010, saya membuka digital printing di plaza yang sama. Tahun itu juga saya membuka Alcompany Indonesia, yang merupakan penggabungan perusahaan klinik ponsel, digital printing, pertanian, pengadaan pupuk, dan juga tambak ikan. Alcompany itu ibarat manajemennya. Kami juga punya pelatihan kewirausahaan. Tak hanya membuka toko yang sekadar menjual produk, tapi kami tawarkan konsep kemitraan bagi mereka yang mau membuka usaha. Kami buat manajemen dengan beberapa line.
Dari berbagai bidang usaha, Narsis Digital Printing saat ini yang paling banyak diminati, khususnya anak muda. Bisnis ini bahkan sudah merambah hingga ke negeri tetangga seperti, Malaysia dan Singapura. Produknya bervariasi, dari mug, pin, kaus, topi dan lainya. Alhamdulillah banyak pesanan dari daerah dan negeri tetangga. Apalagi untuk suvenir.
(Omzet berbagai bisnis Alween per bulan mencapai rata-rata Rp100 juta dengan belasan karyawan. Bagi Alween, itu adalah hal yang membahagiakan. Ia merasa karunia yang dititipkan Tuhan kepadanya adalah sesuatu yang sangat patut ia syukuri.)
Anda juga rajin dalam kegiatan sosial ya?
Terus terang saya merasa sudah tak ingin apa-apa lagi selain bisa membahagiakan keluarga dan berbuat baik kepada sesama. Setiap bulan, kami selalu menyisihkan 10 persen dari total keuntungan untuk kelompok masyarakat tak mampu, mulai sunatan massal hingga program sejuta koin 1.000 untuk membangun desa tertinggal di Lesten, Gayo Lues, Aceh.
Secara rutin kami juga menggelar program amal berupa pelatihan mereparasi ponsel dan kewirausahaan secara gratis bagi mereka yang tak mampu tetapi memiliki minat menjadi pengusaha. Saya berharap, selesai pelatihan mereka bisa memiliki usaha sendiri. Minimal mempekerjakan satu orang sudah bagus, bisa ikut mengurangi jumlah pengangguran. Saya berharap akan muncul semangat berwirausaha di kalangan muda sejak dini. Sukses berwirausaha itu bukan karena faktor keturunan, tapi karena faktor kemauan dan kebiasaan. Kita harus yakin dengan yang dikerjakan, kerja keras dan pantang menyerah dan harus mampu berguna bagi orang lain.
Sekarang, apa lagi yang tengah Anda kerjakan?
Saya sedang fokus mendirikan pembangkit listrik tenaga micro hydro di Desa Lesten di pedalaman Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam. Kondisi masyarakat desa ini sangat memprihatikan. Tidak hanya dari segi ekonomi dan pendidikan, namun juga kesehatan.
Dalam waktu dekat kami akan bangun kamar mandi, WC dan rumah baca karena sangat mendesak. Sejak kami datangi dua tahun lalu, sampai sekarang belum ada WC. Padahal, secara potensi daerah ini cukup kaya. Kopi, nilam, dan cokelat banyak ditemukan di daerah ini. Sayang masyarakat Desa Lesten tetap hidup dalam kemiskinan. Banyak yang lumpuh akibat malnutrisi. Sekolah hanya ada satu. Itupun hanya sekolah dasar yang tak layak. Akses transportasi juga sulit.
Kabarnya Anda juga mulai tertarik ke politik?
KOMENTAR