Sebenarnya apa latar belakang Anda?
Saya dan suami dulu karyawan salah satu bank swasta. Saya bungsu dari tiga bersaudara, lulusan Sastra Jepang. Suami orang teknik lulusan MIPA. Ha ha ha. Kemudian, karena 2015 kami menikah, salah satu harus keluar kantor. Tapi dasarnya saya enggak bisa diam dan karena sering ketemu pengusaha. Lama-lama saya ngiler, saya juga ingin jadi pengusaha.
Sebelumnya beberapa kali saya dan suami sudah coba membuka usaha. Bahkan ketika saya masih kuliah, saya menjual fotokopi kamus, saya dan suami juga pernah menjual sepatu, coba membuka usaha fotokopi dan ATK, jual pulsa sampai usaha waralaba jamur kriuk itu.
Selain itu apa motivasi Anda untuk menjadi pengusaha?
Saya enggak mau selamanya jadi karyawan, karena menjadi karyawan itu akan sampai pada satu titik harus pensiun. Selain itu saya ingin membantu orang lain yang kurang beruntung. Contohnya, karyawan saya saat ini adalah mereka yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah. Setahun pertama mengembangkan usaha, saya memiliki 10 atau 12 orang. Saat ini sudah ada 40 karyawan dan semuanya sudah seperti keluarga.
Bagaimana sistem waralaba yang diterapkan Taisi?
Sistemnya beli putus. Mitra hanya menyiapkan karyawan untuk jaga outlet dan memilih lokasi. Kami memberikan bahan baku, booth dan training. Harga franchise Jabodetabek Rp15 juta dan di luar Jabodetabek Rp20 juta. Ada juga sistem master franchise dan reseller.
Reseller ini untuk mereka yang enggan menggunakan booth dari kami, kami jual bahan bakunya saja. Reseller mulai dari Rp2,5 juta untuk wilayah Jabodetabek dan harga luar Jabodetabek tergantung daerahnya. Sementara master frenchise harganya Rp100 juta, ada beberapa keuntungan, di antaranya dapat dua booth dan resepnya. Akibat sistem reseller ini, kami menyediakan tahu isi frozen. Tapi kami enggak suka masuk ke swalayan atau supermarket. Kalaupun masuk swalayan kami ingin mereka membeli putus.
Apakah ada usaha lain yang digeluti selain Taisi?
Belum ada, saat ini saya dan suami fokus dulu mengembangkan Taisi. Target kami membawa Taisi ke luar Pulau Jawa, bahkan kalau bisa sampai ke luar Indonesia.
Edwin Yusman F.
KOMENTAR