Sukamsi sebagai penggagas komunitas pun kemudian mulai mengajak warga untuk melakukan penanaman bakau dan mengawasinya. Setidaknya, sejak tahun 2003, kegiatan tanam bakau ini sudah mencakup areal seluas 50 hektar dari 150 hektar lahan.
KPL Pansela juga membuka pintu lebar-lebar bagi pengunjung yang ingin berpartisipasi ikut menanam bakau. Hasil kerja keras Sukamsi dan KPL Pansela memang terlihat rimbunnya hutan bakau di sepanjang Pantai Ayah. Melihat potensi keindahan sekaligus pentingnya edukasi menanam bakau, KPL Pansela membuka trip berkeliling hutan bakau dengan perahu dan petugas KPL Pansela sebagai pemandu.
Selain bisa mendapatkan banyak informasi mengenai tanaman bakau, pengunjung juga bisa merasakan sensasi adventure berkeliling hutan bakau di sepanjang Pantai Ayah. Wisata edukasi ini memang tidak setiap hari bisa dijumpai karena kebanyakan pengunjung ramai datang di penghujung minggu.
Dengan biaya sebesar Rp250.000, pengunjung yang terdiri dari 8 hingga 10 orang dapat menaiki perahu dan mengikuti trip mengelilingi hutan bakau di Pantai Ayah. Bahkan apabila ingin mencoba menanam bakau langsung di lokasi, petugas KPL Pansela dengan senang hati akan menawarkan bibit bakau untuk ditanam.
Sayangnya wisata edukasi ini masih terbatas, karena selain minimnya kapal milik KPL Pansela, pihak Dinas Pariwisata pun belum melirik dan mendukung. Padahal, ujar Sukamsi, jasa membawa wisatawan mengelilingi hutan bakau dapat membantu ekonomi masyarakat sekitar. “Belum lagi soal sarana pendukung. Asal disediakan sarana pendukung yang memadai, wisata keliling hutan bakau bisa menjadi alternatif bagi pengunjung untuk menikmati liburan yang berbeda.”
Sukamsi dan komunitasnya tak lelah terus membangun dan mengenalkan eduwisata ini. Mereka bahkan mengupayakan ada jembatan agar pengunjung dapat menjelajah ke seluruh area hutan sehingga eduwisata dapat dinikmati dengan berbagai cara. Baik menjelajah lewat transportasi air dengan perahu ataupun berjalan-jalan dengan jembatan.
Agar eduwisata juga tidak mengganggu ekosistem bakau yang ada, teman-teman dari KPL Pansela selalu siap mendampingi dan memberikan informasi kepada pengunjung. Dengan pendampingan, biota di habitat bakau seperti burung ataupun kepiting juga tidak akan terganggu.
Roemah Martha Tilaar Wadah Kegiatan Budaya
Selain Pantai Ayah, eduwisata yang bisa dikunjungi di Kecamatan Gombong adalah Roemah Martha Tillar. Ya, ikon dan pendiri produk kecantikan sukses di Tanah Air ini mendirikan rumah budaya yang penuh kegiatan positif di Jalan Sempor Lama, Desa Wonokriyo, Gombong, Kebumen.
Berawal dari niat memberikan kontribusi bagi kota kelahirannya, sejak Desember 2014 lalu Martha Tilaar meresmikan rumah budaya ini. Selain menyajikan informasi seputar perjalanan hidup Martha Tilaar, Roemah Martha Tilaar juga mengadakan berbagai kegiatan sosial dan menyediakan wadah pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sekitar.
Bangunan bergaya arsitektur Belanda ini dulunya rumah milik Liem Siauw Lam, yang tak lain adalah kakek Martha. Rumah seluas 2.000 meter persegi ini memiliki ruang-ruang dengan beberapa fungsi. Dengan halaman depan yang luas, pengunjung dapat duduk nyaman di bawah pohon yang rindang. Beberapa kursi taman juga disediakan tersebar dan bisa menjadi spot foto menawan dengan latar belakang bangunan rumah yang diperkirakan didirikan tahun 1920-an ini.
Para pengunjung akan ditemani tour leader yang siap memberikan informasi mengenai sejarah rumah beserta isinya. Mulai dari teras rumah, atmosfir bangunan tua ini sungguh terasa. Memasuki ruang tamu, terpasang foto-foto lama pemilik rumah, silsilah keluarga dan foto masa kecil Martha Tilaar juga ikut menjadi pemandangan di ruang ini.
Empat ruang tidur dengan beberapa furnitur tua menyimpan ceritanya masing-masing. Setelah menyusuri lorong, pengunjung akan sampai di teras belakang yang difungsikan sebagai ruang makan. Halaman belakang yang luas pun dijadikan tempat berbagai aktivitas bagi para anggota komunitas. Berbagai pertunjukan seni juga sering digelar di rumah ini.
Terdapat dua paviliun mengapit rumah utama di tengah. Paviliun sebelah kanan difungsikan sebagai museum karena menjadi tempat tinggal dan tempat lahir Martha Tilaar selama sepuluh tahun. Sedangkan paviliun sebelah kiri dikemas sebagai ruang pamer produk Martha Tilaar, galeri UMKM Kebumen serta sebagai aula untuk kegiatan indoor.
Menariknya, di rumah ini pengunjung juga terlibat di berbagai kegiatan budaya. Untuk bisa menikmati rumah budaya ini, pengunjung tidak dikenakan biaya.
Swita Amalia
KOMENTAR